"Bila kamu menemukan sebuah dompet tergeletak di jalan, apa yang akan kamu lakukan?"
a. mengambil isinya
b. menyerahkannya kepada polisi
c. membiarkannya saja
Familiar dengan pertanyaan di atas gak?Kayaknya hampir semua anak SD kelas 1 pernah dapat soal ujian yang setipe - tipe itu deh di pelajaran PPKN.Kalo menurut etika dan ajaran guru sih jawaban yang benar itu B. Tapi kalo mengikuti suara hati, masak iya jawabannya B? Umumnya orang akan memilih tindakan C ato malah A.
Sebagai murid yang baik, teman - teman gua sih pada milih jawaban B. awal - awal juga gua gitu. Tapi lama - kelamaan gua ngerasa gak rela juga. Serasa bukan gua aja gitu lho. Akhirnya gua pun beralih ke jawaban C. Sebodo deh mo dianggap ga peka ato kurang moralnya.
Dan seperti yang udah bisa diduga, jawaban gua dianggap salah. Gua protes donk! Gak rela diperlakukan gak adil.
Gua : "Maaf Bu, tapi menurut saya jawaban saya ini nggak salah. Pertanyaannya kan apa yang akan saya lakukan. Menurut saya, tindakan ini yang akan saya lakukan. Saya gak bakal menyerahkan dompet itu ke polisi. Lain masalahnya kalo pertanyaannya adalah apa yang sebaiknya saya lakukan. Kalo kayak gitu, saya juga bakal jawab B."
Bu Guru : "Kalau begitu kamu tahu dong kalau jawaban kamu itu salah."
Gua : "Maaf, Bu. Saya berpendapat jawaban saya benar. Pertanyaannya yang salah kalimat. Mungkin Ibu menganggap saya kurang peka tapi seenggaknya saya jujur.
Seperti yang udah bisa diduga, protes gua tuh gagal. Tetap aja jawaban gua gak bisa dianggap benar. Tapi bukan gua kalo nyerah gitu aja. Gua tetap berkeras jawab dengan versi gua sendiri selama pertanyaannya tetap : "Apa yang akan kamu lakukan" dan bukannya "Apa yang sebaiknya kamu lakukan".
Buntut dari persaingan gak guna ini adalah ortu gua dipanggil dan bu guru mengeluhkan pendirian gua yang keras. Bagusnya depan Bu guru, ortu sih ngebelain gua. Mereka juga sependapat kalo gua cuma bersikap jujur walo mereka juga menyalahkan kecuekan gua.
Oh well...that's ME! :>
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment