Friday, October 30, 2009

Reminiscing the past

16 Oktober 2004 - 16 Oktober 2009
13 Oktober 2004, 18.00 WITA;
Hp berdering, telp dari om dullah. Berita menakutkan yg prnah sa dengar. Papi sakit keras, sementara dibawa ke rumah sakit. Seketika itu pula perasaanku bercampur aduk ga menentu. Sa telp2 hp mami, ga diangkat. Sa telp dimas, dia cuma speechless ga bisa ngomong apa2. Sa telp hp papi, yg angkat suster RS.Tugu, trnyata dia lg pake hp papi untuk telp ambulans. Persaanku makin campur aduk. Oh papi ku sayang, what happen 2 u..?? Sa telp tante santy, katanya tante santy sdh telp om idrus yg kebetulan lg di jkt, beliau blg papi kena stroke, kondisinya sdh kritis.. Ya Allah ya Rabbi..

20.00; setelah singgah di tante santy untuk pinjam duit,sa lgsg ke travel, nyari tiket ke jkt yg berangkat paling pagi. Allah membukakan jalan untukku, ada flight lion air yg berangkat besok jam 7 pagi dgn harga yg cukup murah untuk saat itu, 375 ribu. Makasih ya Allah.. Sambil sepanjang jalan aku berdoa, ya Allah, berikan lah aku kesempatan untuk masih bisa melihat papi, masih bisa mencium tangan dan keningnya..

21.30; sampai di t4 kos saat itu, rumah om robby. Sa tau harus atur barang, tapi ga ada kekuatan untuk ngapa2in. Kira2 stengah jam kemudian, satu persatu dtg sahabat2ku; roto, embul, bang tiwok, mamalita, muji. Mereka semua dytg memberi support, dan mereka sepakat untuk nginap rame2 di rumah mlm itu untuk menemaniku. Makasih buanyak teman2. Emang sih kesannya lebay, tp pd malam itu sa benar2 butuh mereka. Rudi dgn cekatannya lgsg ambilkan koperku, lalu ambil baju2 lemari untuk dimasukkan ke koper. Sa benar2 ga punya tenaga pd malam itu. Sa cuma bisa shalat dan terus berdoa sambil menangis dalam hati, berharap ada mukjizat buat papi, supaya bisa sembuh spt sedia kala. Yeah, wktu itu sa baru mulai coas kodong, apalagi coas di bag neuro, sama sekali belum. Jadi sa ga tau seberapa dhsyatnya itu Hemoragic Stroke. Apalagi yg sudah gcs 3 spt papi.

23.00; tante diana menelpon, panggil ke rumahnya. Dsitu ada om syafi dan tante diana duduk di kursi ruang tengah dgn tampang sedih banget. Mereka menguatkan aku, memberi aku spirit, serta menasihati untuk ihlas dan tawakkal. Ya Allah ya rabbi...

14 Oktober 2004; jam 06.30 WIT; siap2 masuk ke ruang tunggu bandara, setelah berpisah dgn teman2 sahabat yg mengantar ke bandara. Pagi itu juga di jam yg sama, tante santy, om dullah dan ummi berangkat ke jkt ytapi dgn flight yg berbeda. Tujuan mereka sama; membesuk papi.

11.00; tiba di RSCM; ketemu mami di Paviliun Elang, mami dgn tampang kusut, mata bengkak dan pakaian seadanya, langsung memelukku.. Sa msh bisa tahan untuk tidak menangis saat itu. Pelukan mami erat sekali, seolah2 berabad tidak ktmu, pdhal belum sebulan mami baru plg dari makassar, untuk merayakan syukuran S.ked ku. Pas tiba di ICU t4 papi dirawat, ya Allah... Papi terbaring lemah tak sadarkan diri dgn terpasang ventilator. Sa ga bisa berbuat apa2 kecuali menangis di kaki nya. Papi org yg selama ini saya kagumi, sangat saya hormati, sekarang terbaring tak berdaya dgn bantuan ventilator mekanik untuk bertahan hidup. Ya Allah, kuatkan lah kami sekeluarga menghadapi cobaan dari Mu..

15 Oktober 2004; menjalani hari2 yg berat. Duduk mengaji di samping t4 tidur papi di ICU. Satu persatu keluarga dan teman2 papi, para dokter alumni Unhas yg tinggal di jakarta, dtg menjenguk papi serta memberi support pd kami semua.

22.00; kondisi papi mulai memburuk. Kami semua mulai semakin bertawakkal. Jujur aja, pd malam itu aku masih berdoa, mudah2an ada mujizat buat papi, meskipun sebenarnya itu salah. Qta tidak boleh melawan kehendakNya. Saya bahkan sempat meminta kepada residen anestesi yg jaga pd malam itu, untuk melakukan tindakab semaksimal mungkin agar papi bisa bertahan hidup. Meskipun aku tau bahwa itu salah. Apapun yg Allah akan ambil dari qta, qta harus ikhlas. Subhanallah... Selalu ada di lubuk hati kecilku, aku belum siap jadi anak yatim. Subhanallah.. Perasaan yg sebenarnya tidak pantas untuk dipikirkan.

16 Oktober 2004, jam 00.45 WIB; papi dinyatakan meninggal..!! Ya Allah ya Rabbi.. Seketika itu juga pecah tangisku.. Tapi kuusahakan untuk tidak terlalu lama menagis, meskipun sulit. Makasih banyak buat keluarga besarku, om2 dan tante2 saudara2nya mami, yg banyak membantu kami sekeluarga di malam itu. Benar2 tanpa mereka, kami tidak bisa melakukan apa2. Seperti sdh direncanakan sebelumnya, diputuskan bahwa papi akan dikuburkan di makassar. Aku yg paling ngotot memutuskan itu, spy aku bisa selalu mengunjungi makamnya.

16.00; jenazah tiba di makassar, beserta kami sekeluarga. Betul2 terlihat bahwa sangat banyak yg menyayangi papi. Setiba di bandara, bbrp teman2 sejawat dan guru papi, Prof.djauhariah, ikut menjemput di bandara. Suasana haru sangat terasa. Sebelum jenazah dikubur, disemayamkan dulu di rumah nenek Echo, di hamzy. Disana juga sdh banyak Rekan Sejawat papi yg menunggu, untuk memberi penghormatan terakhir pada papi. Subhanallah, sungguh banyak teman2 yg menyayangi papi. Meskipun saat itu aku hampir tidak memperhatikan, tapi menurut temanku, hamnpir semua SpA di makassar dtg melayat saat itu.

17.45; jenazah papi dikuburkan. Cukup banyak yg mengantar untuk melayat saat itu, padahal sdh dekat waktu berbuka puasa. Kasian juga para pelayat, terpaksa mereka berbuka puasa di kuburan hanya dengan aqua gelas. Semoga Allah SWT membalas nilai keihlasan mereka dgn balasan yg setimpal.

Malam ini adalah refleksi tepat 5 tahun meninggalnya papi. Terima kasih ya Allah, Engkau masih memberi kekuatan, ketabahan menjalani segala ujian dariMu. Adikku Dewi yg waktu papi meninggal, masih kuliah, sekarang sudah PTT di maluku. Risma yg waktu papi meninggal, baru semester 3, skrg baru saja menjalani wisuda dokter. Dimas yg waktu papi meninggal, masih SMP, skrg sudah semester 3 di FK Unhas. Dan aku yg waktu papi meninggal, baru mulai coas, skrg sementara menjalani PPDS Anak di unhas. Semua ini adalah karunia dariMu. Terima kasih ya Allah, atas segala karunia ini. Terima kasih juga telah memberi mami kami yg tercinta, kekuatan dan ketabahan untuk membesarkan ke empat anaknya dgn sukses, tanpa bantuan seorang suami. Engkau Maha Pemberi rejeki, Maha Pemberi karunia, dan Maha segalanya. Tiada daya dan upaya melainkan daripada mu Ya Allah.. Dulu waktu mau masuk ppds, sempat saya berpikir untuk masuk bagian lain. Tapi sy merenung, saya bisa sekolah, bisa makan, bahkan bisa bawa mobil ke kampus, adalah berkat jasa seorang Spesialis Anak. Jadi apa salahnya saya coba tes PPds Anak, sebagai bentuk terima kasih dan penghormatan kepada Papi tercinta.

Untuk mami; terima kasih banyak atas kasih sayang kau curahkan untuk kami berempat. Meskipun sy selalu melawan mami karena beda pendapat, tapi mami tetap sabar menghadapiku. Terima kasih mami, mohon maaf karena sampai saat ini saya belum bisa membalasnya. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak hanya sepanjang pegangan.

Untuk adik2ku Dewi, Risma, dimas; teruslah berjuang untuk menjadi yg terbaik. Meskipun papi sdh tidak ada, tapi qta harus selalu membuat papi bangga pada qta. Kalian bertiga serta mami adalah orang2 terbaik yg saya miliki.

Untuk teman2 seperjuangan CHK crew; terima kasih telah membantu melewati masa2 sulit. Bersama kalian hidup selalu lebih ceria..!! Semoga persaudaraan qta tetap terjalin. Miss u all, guys..

untuk keluarga besarku om-om dan tante-tante serta para sepupu yang tergabung dalam Andi Beso Crew, semoga sosok "om Udin" akan selalu kalian kenang...

Untuk semua pembaca notes ini; pesanku hanyalah sayangilah orang tua kalian, guys. Hormati mereka selalu, sebab qta tidak akan pernah tau, kapan qta tiba2 dipisahkan dari mereka.


Makassar, 15 Oktober 2009, jam 21.05.
Kamar jaga residen RS Labuang baji.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=160442275772&comments



PS : Note ini ditulis oleh abangku tercinta (Eka Yusuf Inra) di facebooknya.
Sumpah deh, baca yg pertama kali, kedua kali, bahkan ampe sekarang pun tetap bikin nangis. Apalagi baca semua comment di note itu (67 comments so far dan 33 "likes"). Gua jadi nyadar betapa Papi disayang oleh seluruh keluarga besar. Para sepupu, tante, om dan kakek nenek tercinta, makasi banget untuk semua bantuannya dulu sampai sekarang.

Dari note ini juga, gua baru benar-benar tahu versinya kak Inra tentang meninggalnya Papi 5 tahun yang lalu. Selama ini, dia selalu tampil sebagai abang yang ngemong, pelindung yang paling kuat dan tempat gua berpaling saat kondisi benar - benar tak tertahankan. Dia benar - benar terasa seperti batu karang, tempat bersandar.
Gua lupa bahwa dia juga kehilangan. Bahwa dia bukan hanya kehilangan ayah, tapi juga panutan dan batu sandaran. Sama kayak gua dan yang lainnya.
Dan sisinya yang "human" ini justru bikin gua makin sayang sama dia.
Kak In, tanpa loe sadari, perlahan-lahan loe makin mirip sama Papi. The fiercest protector. One of the peoples that I admire most. Keep up like this, bro. Love u so much. You're the greatest bro a sister could ask for :D.

Papi.....walaupun udah 5 tahun, kehilangan Papi masih terasa berat.
Udah bisa diikhlaskan kok. Tapi tetap aja, saat dikenang lagi, ada rasa sakit di dada kiri yang rasanya gak pernah ilang. But don't worry,dad. That's just because we love u so much. Kami masih bertahan sampai sekarang dan Insya Allah akan terus begitu. Just watch us from up there (^o^).

Dan terakhir, untuk Allah SWT. Tanpa bantuanNya, we're really nothing :D.
Thanks God. I can't say much about YOU coz I know YOU've already know what I wanna say



0 comments:

Post a Comment