Wednesday, September 21, 2011

Should I Go?

My biggest dream actually not to be the best MD or the richest person in the world. Nope. My biggest dream is simple yet not easy to achieve which is traveling around the world. And by world I literally mean the world, from north pole to south pole.

Once in my life, I met someone who shared the same dream. We used to talk for hours, planning how to accomplish it and when's the best time to start it. We also came up with an itinerary! Europe first, then africa, back to asia and we're gonna take looong time here in asia especially Indonesia. Next one is Australia. Then back to Jakarta for some rest. But after that, America's continent and we're gonna do a road trip. Oohh...I so want it to happen.

We'd even started a bank account for that dream. Well...actually that time, he'd started his saving long before me.

One day, he decided that it's time to go. He said we could save our money as much as we can but maybe it would never be enough cause there's always things like financial depression or inflation or whatever in this world. So what we should do is to save enough money for the start of the travel and a bit saving for an emergency that may come up along the journey. And for rest of the journey, we'll just gonna do any kind of job to cover the costs.

For sure, he asked me to go with him. At that time, my saving was just enough to pay the visa and buy plane's ticket. But he said not to worry. His saving was enough for both of us for minimum of 3 months, could be more if we really control our expenses.

But things that worried me the most actually not money. I worried about my job and more important : my family. At that time, my family really needed me. My mom's health wasn't good. My brothers and sister were still in college, so they can't look after my mom. And any money that I could get could be a help for my family since my mom was hospitalized. I can't be selfish enough to just go and leave my family, can I?

He was willing to wait for me, so that we could travel together. But I can't let him do that. Like what he said : life's short and nobody knows how long one's gonna live. Death could come tomorrow or even the next minute. And I'd regret it if something bad happened to him before he could pursue his dream.

So I turned down his offer and asked him to start his journey. And with that, I also turned down a chance of new love.

Then I went to Tual, the closest thing of journey that I could get at that time while he traveled in europe.

Been almost 3 years now. He's in Africa, I'm back in Jakarta. We still keep in contact, though I always feel a tinge of jealousy whenever I hear his story.

And now,maybe I get a second chance to travel with him. There's this guy who asked me to go with him to meet his family in Kenya.
Nope...there's nothing romantic between us, at least as far as I'm concerned. He just wants me to meet his family and that's all.
Oh he said that he's gonna pay for the ticket. But even if he's not, my saving's actually enough to go there.

I'm tempted to his offer.
No...not to meet his family, but see...that guy-who-shared-the-same-dream is in Africa now. He's not in Kenya at this moment though. But he said he would come to pick me up in Kenya. From there, we could start our round-the-world-trip. And living our dream, finally.

I really really really wanna go.
But the reasons that held me before still become milestone around my neck though the condition now is better than before.
So what should I do now?
I mean, I deserve to have this second chance, rite? I deserve to be selfish and just go, do I?
But then, would I have the heart to do that?

Well...actually I kinda already have the answer. I just can't bring my heart to completely deal with it. At least not yet :)


Dewi, really-wanna-go


Powered by Telkomsel BlackBerry®

pic source : first, second

Sunday, September 18, 2011

How I Met Your Mother

Setelah FRIENDS tamat, saya sempat sulit menemukan serial menarik untuk diikuti. Sempat mengikuti Lost, Heroes, Bones, dll tapi akhirnya bosen di tengah-tengah. Bukannya ceritanya gak menarik (kecuali Heroes yang makin lama makin aneh). Saya berhenti mengikuti serial-serial itu, karena saya mencari serial komedi. Yup...serial komedi yang hilariously funny kayak FRIENDS dengan karakter sinis nan sarkastis kayak Chandler-nya FRIENDS dan dialog secerdas FRIENDS.
(pic source: here)

Saya sempat mengikuti Monk, Everybody Loves Raymond, Cougar Town, dll dan tetap gak menemukan yang saya cari.
Sampai saya nonton How I Met Your Mother secara kebetulan di StarWorld dan sejak itu tertarik.

Sinopsisnya :


(character's name : Lily-Marshall-Ted-Robin-Barney)
source :
here

How I Met Your Mother dimulai di tahun 2030 dimana Ted Mosby bercerita kepada kedua anaknya bagaimana dia bertemu dengan kedua ibu mereka. Cerita itu mundur ke New York tahun 2005 dan bercerita tentang Ted dan ke-4 temannya serta gadis-gadis yang pernah berkencan dengan Ted.

Tokoh-tokoh di serial ini adalah : Ted Mosby, seorang arsitek yang jadi tokoh sentral di serial ini. Dia juga yang berperan sebagai narator di seluruh serial ini (walopun suaranya sih suara Bob Saget). Ted bersahabat sejak kuliah dengan Marshall Eriksen, seorang mahasiswa hukum dan Lily Aldrin, seorang guru TK yang berbakat melukis. Marshall dan Lily sudah berpacaran selama 9 tahun dan di season 1, mereka bahkan berencana menikah 2 bulan lagi.

Cerita berlanjut dengan perkenalan mereka bertiga pada Barney Stinson. Barney seorang pengacara sukses dan playboy sejati. Walau pun secara umum Barney berteman dengan mereka, tapi terkadang Barney bisa jadi teman yang ngesalin. Salah satu hal yang unik dengan Barney adalah, dia selalu menganggap dirinya sahabat utama Ted dan Marshall. Dan walopun Ted atau Marshall selalu menyangkal (Ted's my bestfriend atau Marshall's my bestfriend), Barney cuek aja dan tetap beranggapan dialah yang sahabat.

Orang terakhir di grup mereka adalah Robin Scherbatsky, seorang reporter ambisius di tv lokal New York. Awalnya Robin berkencan dengan Ted, tapi putus gak lama kemudian. Walo pun sudah putus, Robin tetap berteman dan hangout dengan ke-4nya. Di season 1 diceritakan gimana Ted tetap naksir sama Robin walau pun sudah putus, dan membuat saya bertanya-tanya : Is Robin the one? Would their relationship become the on-off relationship like Ross & Rachel had?
Pertanyaan ini langsung terjawab ketika di salah 1 episode, future Ted me-refer Robin sebagai "Aunt Robin" kepada anak-anaknya.

Sejauh ini, HIMYM sudah memasuki season ke-7 dari 8 season yang direncanakan. Dan walau sudah ada hints tentang identitas "The Mother", tapi belum pernah ditunjukkan wajah atau sosoknya.

Bedanya Dengan FRIENDS?


(source) (source)

Beda BUANGET!!!
Yah...at some level, di HIMYM ada tentang persahabatannya juga sih. Tapi jenisnya beda banget dengan di FRIENDS. Di FRIENDS itu benar-benar mengedepankan persahabatan (sesuai judulnya). Di HIMYM, fokusnya ya di cerita Ted dan future wife-nya.

Di FRIENDS juga gak ada cerita tentang sahabat yang tukar pasangan ato saling suka antar sahabat. Memang sempat ada cerita waktu Joey-Rachel jadian, tapi toh gak lama. Karena mereka berdua sadar mereka bersahabat terlalu dekat untuk bisa jadi pacar. Menyangkut hubungan Monica-Chandler, kalau jeli sih bisa dilihat dari season 1 pun Monica-Chandler gak pernah benar-benar sahabat, selalu ada "chemistry" di antara mereka bahkan sejak mereka masih remaja. Ross-Rachel juga sama aja. Ross udah naksir Rachel jauh sebelum persahabatan mereka dimulai.

Sementara di HIMYM...hmm...gak mau spoiler sih, tapi di season-season berikutnya, akan ada tukar pasangan antara mereka. Si A yang tadinya dating sama B, putus, ternyata C naksir A, akhirnya A dan C dating, terus putus. Lalu A dan B dekat lagi and so on and so on. Kinda tiring.
Tapi HIMYM benar-benar bikin penasaran dengan biq question-nya itu : Who's The Mother?

Favourite Character?
Semua characternya saya suka, tapi klo harus pilih 1 maka saya pastikan akan pilih...BARNEY!!!

Seperti yang saya bilang, gaya humor yang saya paling suka di FRIENDS itu ya gaya humornya Chandler. Barney punya gaya humor yang sama sinis dan sarkastisnya dengan Chandler. Tapi beda di karakternya. Chandler itu tipe teman yang setia sementara Barney kadang licik ke temannya sendiri. Belum lagi playboynya Barney yang jelas beda jauh dengan Chandler.
Barney itu gabungan humornya Chandler, playboynya Joey dan sifat Barney sendiri.

Dan bagi saya, karakter Barney dan biq-question-tentang-the-mother membuat HIMYM layak dinobatkan sebagai serial favorit kedua setelah FRIENDS. (^v^)

(Barney's pic : here)

Quote of the series:
"When I get sad, I stop being sad and be awesome instead" - Barney Stinson




Dewi, when-will-i-tell-my-children-how-i-met-their-father

Wednesday, September 14, 2011

Find The Time



(source : here)

Dewi, masih-perlu-belajar-time-management

Live Your Life


source : here

Dewi, have-to-live-my-life

Beautifull Sadness



Aww.. pic ini keren banget deh. Berasa kesepet banget :D

(source : here)

Dewi, respect-my-life

Makanya Jangan Kepo...

X adalah rekan seprofesi gw yang sudah dikenal sejak kuliah dulu. Hubungan kami bisa dkategorikan teman dekat ato close friend ato hangout buddy. Jadi yah...emang gak akrab banget seperti sahabat kayak Te ato Ing ato Devi, tapi yang pasti I care about her dan gw nyaman bergaul dengan dia. As I said, hangout buddy.

Si X ini dari sejak jaman koass dulu, sudah pacaran dengan Y, otomatis Y pun jadi hangout buddy gw juga. Tapi dari sejak awal, gw ngerasa ada yang beda sama Y. Gak tau deh dari sisi mananya saya ngeliat, tapi kadang gaydar (gay radar) gw bunyi klo sedang barengan sama Y.

One day, secara kebetulan, dari history internet-nya Y gw melihat dia pernah browsing ke sebuah komunitas gay Indonesia. Si X yang saat itu bersama saya dan melihat web itu langsung bertanya ke Y. Dan Y bilang, laptopnya kemarin dipinjam temannya.

Uhm..okay...klo X percaya dengan alasan pacarnya, gw juga mestinya percaya aja. So at that time, I dropped this matter.

Lalu gw pun pergi PTT, dan masalah ini terlupakan. Saat gw balik ke Jakarta, pastilah gw kembali hangout dengan X dan Y. Dan bahkan setelah sekian tahun, gaydar gw masih aja bunyi klo di dekat Y.

Sampai sekitar 2 minggu lalu, waktu gw minjem laptop Y lagi.
Lagi-lagi, secara kebetulan gw menemukan alamat web situs gay di laptop itu.

Dan sisi kepo gw pun mulai terusik.

Gw mengecek semua history internetnya sejak 3 bulan terakhir. Ternyata ada beberapa situs gay di daftar history itu dan cukup sering diakses. Akses terakhir 1 hari sebelumnya.

So..he's a gay?
Belum tentu! Bisa aja laptopnya dipinjam. Walopun buat gw aneh sih, minjem kok berkali - kali.

Sutra lah ya. Gw pun kembali meneruskan kegiatan browsing dan download.
Sampai di akhir, waktu gw mau men-save file-file hasil downloadan gw ke HDE. Waktu gw buka folder "Downloads" di laptopnya, gw menemukan
sejumlah file gay movie dan film-film bokep gay.

Okey...that's weird. Str8 guys don't usually keep gay porn on his laptop write? While keeping gay movie still acceptable (though unlikely) for str8 guy, but gay porn is definitely another matter.
Lagipula, gay movie yang ada di laptopnya bukan gay movie yang gampang dicari kayak Queer ato Brokeback. Ini tipe gay movie yang agak langka kayak Amphetamine ato Y tu Mama. Dan itu artinya, dia niat browsing dan download dong yaa... *rollingeyes*

Sialnya sisi kepo gw langsung bangkit sempurna. Dan sekali udah bangkit, gak akan berhenti sampai gw puas.

Gw mulai mikir-mikir, sisi mananya dia yang bikin gaydar gw kadang aktif dekat dia? Dan kenapa cuma kadang-kadang aja?

Apa dia ngondek? Pernahkah jarinya nge-trill? Nope! Jelas enggak! Kalo pun aslinya dia ngondek, yang pasti dia jago ngejaga semua sekrupnya terpasang kencang. Gak ada yang longgar (as far as I remember).

Apa dia tipe cowok metroseksual?
Hmm...masih terhitung normal. Yup bajunya emang rapi. Celana bahan, kemeja ato kaus berkerah. Tapi itu normal di profesi gw. Rata-rata emang yang cowok bajunya kayak gitu.

Lalu alat kosmetiknya? Apa dia pake kream muka ato lotion? Punya lipbalm? Err...how could I possibly know about that? (O_O).
Tapi klo menurut gw, kulitnya gak segitu terawatnya kok. Standar kulit cowok. Gw punya teman yang (definitely str8) dan kulitnya lebih terawat.

Dia suka fitness? Yep!
Tapi cowok str8 juga boleh fitness kan? Wajar klo orang mau fitness untuk tetap sehat kan? Dari segi umur, emang umur sekita ini ya udah kudu olah raga.

Suka nonton Glee? Will & Grace? Suka Taylor Swift?
Ya, ya dan ya.
Tapi str8 juga boleh kan suka kayak gitu? Toh dia juga suka Linkin Park. Dan gw punya seorang teman yang (definitely str8 juga) tapi ngefans banget sama Westlife.

So...gw berakhir dengan kesimpulan, gw gak punya fakta kuat yang mendukung dugaan gw.

Dengan isengnya, gw pun mulai konsul dengan "my gay dudes" yang biasa gw panggil "Team Cong".
Team Cong ini 5 teman yang gw kenal semasa kuliah di Bandung. Semuanya cowok, 4 diantaranya belum married dan semuanya gay (^_~). Dua di antara mereka terlihat jelas ngondeknya, so gw rasa mereka udah bisa dianggap "coming out" walo gak pernah nge-publish juga. Tiga diantaranya (berusaha) terlihat str8, sekrup selalu dikencangkan klo di depan publik. Dan mestinya sih usaha mereka berhasil ya generally karena 1 di antara mereka actually married with 1 child.
(PS : Dari dulu selalu bingung, married gay itu bisa tetap dibilang gay gak sih? Ato bisex? Ah terserah lah ya. Toh itu cuma nama).

Menurut Team Cong, si Y gaydarnya gak terdeteksi. Entah karena emang gak ada. Ato karena si Y emang gak mau menyebarkan sinyalnya. Mereka juga gak pernah liat Y nongkrong di gaybar, ato di gay spots lainnya.

Jadi yang bisa gw andalkan, beneran cuma gaydar gw? Yang mana gak qualified dan sering salah? Err...tidak meyakinkan *tepokjidat*

Nah gak lama abis itu, si Y ke SG selama 3 hari karena sepupunya nikah disana. Waktu pulang, dia cerita ke ceweknya (yang mana diwaktu itu juga gw hadir) main kemana aja di SG. Dan tanpa dia nyadar, dia nyebut One Seven.

Aaanndd...BAM!!!
That's my clue!
Gw ngehubungin teman yang regular visitor di One Seven. Males bahas detailnya disini, tapi intinya gw dapat bukti yang mengkonfirmasi kecurigaan gw. Dan bisa disimpulkan, dia emang gak beredar di gay spots-nya Jakarta. Tapi...eksis di luar sana.

Oke...the truth is out in the air now.
But then...comes the biggest question : WHAT SHOULD I DO?

Semua yang tahu cerita ini, berpendapat gak perlu lah gw cerita ke X. Ngapain juga? Bisa bikin dia salah paham. Lagian toh X bukan sahabat gw juga.

Well...masalah gw bukan di apakah si X sahabat gw ato enggak sih. Klo gw di posisi X, gw akan sangat berharap ada yang ngasi tau gw. Walo yang ngasi tau orang asing sekali pun.

Masalah gw adalah : Apa gw punya hak untuk ngebongkar rahasia Y? Gw ingat usaha dia untuk menutupi sex preference-nya. Ampe bela-belain ke SG. Pasti sulit dan butuh biaya banyak. Then who am I to blow it?

Tapi...biar gimana X itu teman gw. Dia dan Y mo lamaran bulan depan. Dan gw gak tega membayangkan suaminya ngebagi cinta dengan cowok lain (iya terdengar dangdut memang. Biarkan sajalah ;p). Gw sih pastinya gak pengen ada di posisi X itu.

Di sisi lain, ada A. Salah satu "gay dude" gw yang udah menikah. Istrinya A juga gak tau suaminya gay (ato bisex?).
Trus kenapa nurani gw gak terusik untuk kasi tahu istrinya A? Karena A teman gw? Kenapa gw diam aja liat cewek lain "dibodohi" tapi gak rela waktu yang dibodohi adalah teman gw ato malah gw sendiri?
Egois dong gw? :S.

Well untuk 1 alasan, gw gak ngerasa terlalu bertanggung jawab dengan istrinya A.
Toh masa mereka PDKT-nikah, gw gak tau. Gw lagi PTT waktu itu. Balik PTT, dia udah nikah. Jadi ya udah aja lah.

Dan di sisi lain...
A adalah suami yang baik dan ayah yang bertanggung jawab. In A's wife mind, she has a best husband that loves her. And she's happy. That's the most important thing, rite? So better keep her in the dark, cause whatever she doesn't know won't hurt her.

Lalu...
Klo Y bisa jadi suami sebaik A, apa itu artinya lebih baik gw diam aja? Toh yang penting X bahagia. Is that the best way?

Tapi kembali lagi, klo gw di posisi X, gw bakal pengin tahu.
Klo mo sakit hati, mending sekarang daripada ntar. Karena gw percaya pepatah : Sepandai-pandainya tupai melompat, sesekali gagal juga.
Mo pinter gimana nyimpan kebohongan, suatu saat kebongkar juga.

Aaaarrgghh....PUSING!!! Beneran pusing, beneran bingung. (O_O)
Dan sekali itu, gw pun bilang : Damn my kepo!
Makanya jangan kepo, wi!!! ;D



Dewi, makan-tuh-kepo
(source pic : here)

Monday, September 5, 2011

Is That True Love


(image diambil dari sini)

Kebanyakan dari kita pasti tahu salah satu cerita cinta legendaris Ramayana.
Cerita tentang Sri Rama, putra mahkota Kerajaan Ayodhya yang harus menjalani hukuman pengasingan selama 13 tahun di hutan bersama istrinya, Dewi Shinta dan adiknya Laksmana.
Dalam pengasingan itu, si raksasa jahat Rahwana jatuh cinta dan menculik Dewi Shinta ke kerajaannya, Alengka.

Sri Rama jelas tak tinggal diam. Dibantu adiknya yang setia, Laksmana, serta pasukan kera di bawah pimpinan Hanoman, dia pun berjuang merebut kembali istrinya.

Perjuangan itu memakan waktu 13 tahun, selesai bersamaan dengan berakhirnya masa pengasingan Sri Rama.
Namun sebelum kembali ke Ayodhya, Dewi Shinta harus menjalani tes untuk membuktikan bahwa dirinya masih suci. Diceritakan, tes ini bukan kehendak Sri Rama. Namun desakan para pasukannya yang meragukan kesucian Dewi Shinta yang telah disekap selama 13 tahun.
Untuk mencegah berkembangnya gosip, maka Sri Rama menyetujui dilakukannya tes itu. Tesnya degan cara Shinta harus melompat ke dalam api yang berkobar. Bila Rahwana pernah menyentuh Shinta walau hanya seujung rambut, maka Shinta akan terbakar.

And so, Dewi Shinta passed that test. They returned to Ayodhya, Sri Rama became a king.
What comes next?

Happily ever after?

Tettooottt...SALAH!!!

Penggemar kisah wayang pasti tahu klo kisah Rama-Shinta masih berlanjut.

Jadi ceritanya, walau pun Shinta sudah melalui tes dan berhasil meyakinkan prajurit-prajurit Rama, namun rakyat Ayodhya masih meragukan kesucian Shinta. Banyak yang meragukan keabsahan tes itu. Ketika Shinta hamil, gosip pun semakin santer. Beberapa meragukan bahwa yang dikandung Shinta adalah anak Rama.

Bagaimana dengan sikap Rama sendiri?
Ada 2 versi yang saya tahu.
Kalo versi yang saya baca sih, Rama nggak ikutan menuduh Shinta, tapi juga nggak pernah membelanya. Dia hanya diam.
Versi lain bilang, Rama mengungkapkan keraguannya pada Shinta dengan bertanya keabsahan anak di kandungan Shinta.
Versi mana pun yang benar, intinya sih tetap saja Rama meragukan Shinta sampe Shinta kabur dari istana, bersembunyi di hutan, melahirkan dan membesarkan kedua putra kembarnya di hutan.

Kisah ini berakhir bahagia sih. Dengan kedua putra Shinta yang membersihkan namanya dan Rama yang memohon maaf pada Shinta.

Tapi masalah yang mau saya sorot bukan disitu kok (taela....preambule-nya panjang banget).

Yang saya pertanyakan, benarkah Rama mencintai Shinta?
Kalo memang iya, kenapa dia musti meragukan Shinta? Walau pun gak setuju, saya masih bisa paham deh dengan tes api itu. Tapi kenapa untuk yang kedua kalinya pun, Rama masih meragukan Shinta?
Waktu Rama berjuang merebut Shinta dari Rahwana, was it based on love or based on pride?
Jangan - jangan harga diri Rama aja yang terganggu karena ada orang lain yang merebut miliknya.


(image diambil dari sini)

Lalu Rahwana?
Buat saya sih, dialah si pemilik cinta yang tulus.
Demi mendapatkan Shinta, dia nekat menculiknya dari Rama. Juga mempertahankan Shinta walau harus mengorbankan kerajaannya dan (pada akhirnya)kebebasannya.
Rahwana itu perwujudan semua sifat buruk manusia. Kasar, brutal, you name it. Easy for him to rape Shinta in that 13 years. But not even once he touched Shinta, moreover forced himself to her.
Kalau itu bukan cinta, apalagi namanya?

Poor Shinta. Dia gagal melihat cinta setulus milik Rahwana karena silau terhadap kemilau Rama.

Sebenarnya sih aneh klo saya ngomong kayak gini. Siapa pun bakal bilang Rahwana lah si penjahatnya. Tapi, kalo menyangkut Shinta, saya gak pernah bisa menempatkan Rahwana dalam porsi penjahat.

Mudah-mudahan saya gak membuat kesalahan sefatal Shinta.

PS : Yup...materi ini emang gak penting dibahas. Tapi udah lama saya gemas dengan kisah Ramayana ini dan baru sekarang akhirnya bisa dikeluarkan sebagai unek-unek.


Dewi, wish-not-to-mistaken-true-love