Sunday, October 31, 2004

Kutukan Hari Sabtu??!!



"Wi, bokap lu meninggal hari apa?" Pertanyaan itu diajukan Jeffrey, yang ayahnya juga baru saja meninggal seminggu sebelum ayah saya.

"Sabtu."Mendengar jawaban saya, Jeffrey langsung mendesah keras.

"Bokap gua juga meninggal hari sabtu. Menurut kepercayaan orang Cina, kalo orang meninggal hari sabtu dia bakal "ngajak" orang lain."

"Ah lu! Ajal mah ajal aja! Lagian bokap lu ngajaknya jauh amat ke bokap gua," bantah saya tak percaya.

"Beneran! Di semarang pernah sampe 7 minggu berturut-turut ada yang meninggal. Sampe akhirnya diadain upacara baru berhenti."Jeffrey masih ngotot dengan pendapatnya. "Lagian coba lu inget. Di taun 2004 dan di angkatan kita aja deh. Bokapnya butet meninggal sabtu, pas seminggu kemudia bokapnya anton. Trus bokapnya Rina meninggal sabtu, pas seminggu kemudian bokapnya Uni," argumen Jeffrey menambahkan bukti kuat pada perkataannya.

Iya juga ya. Saya jadi berpikir kembali. Tapi masak iya, ada 1 hari yang sial? Gak mungkin ah Allah gak adil gitu.

"Klo gitu bokap lu bisa disalahin dong atas meninggalnya bokap gua." Sebenarnya ucapan saya hanya becanda sekaligus membalas argumennya.

"Yaaa Wi, jangan gitu dong. Kalo udah ajal mah ajal aja."

Saya bengong. Yeee.....tadi sendirinya yang ngotot tentang kesialan sabtu!

Tapi mau tak mau ucapan Jeffrey terngiang-ngiang terus di pikiran saya walaupun saya tidak percaya. Hehehehe...aneh juga, gak percaya kok kepikiran mulu ya?

Kalo ucapan Jeffrey benar, berarti Sabtu ini akan ada lagi yang meninggal? Walah...jangan donk!

Maka saya pun menanti hari sabtu dengan deg-degan.

Dan ternyata benar. Hari Sabtu (23 oktober 2004)ada yang meninggal dan waktunya pun pas. Seminggu setelah berpulangnya ayah saya.

Memet, ikan comet kesayangan Adjeng, pada hari itu ditemukan sudah tak bernyawa dalam akuarium. Biarpun cuma ikan, tapi kan makhluk Allah juga.

So....apa kata-kata Jeffrey benar?

Hem.....saya sih tetap tak percaya. Sejak kapan hari sabtu artinya pertanda buruk??? Seperti yang saya bilang :Ajal mah ajal aja. Gak ada urusannya sama hari apapun!

Friday, October 29, 2004

Sumpah Pemuda

Ayo...pada nyadar gak klo hari ini tuh hari sumpah pemuda?Pasti rata - rata enggak kan?Sebenarnya gua juga gak sih kalo gak kebetulan nonton Metro TV. Di situ pas lagi membahas tentang sumpah pemuda dan pengetahaun para pemuda jaman sekarang tentang hari ini. Sedih liatnya. Semuanya gak ada yang tahu sebenarnya apa yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 itu. Beberapa masih ingat bunyi sumpah pemuda walau dengan urutan yang kacau. Malah ada 1 orang yang mengira Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 26 oktober.

Katanya bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Kalo kondisinya kayak gini, kapan kita bisa jadi bangsa yang besar ya?

Tuesday, October 26, 2004

Uang Kaget

Tau kan nama reality show ini? Acara ini digagas oleh Helmy Yahya. Cara kerjanya simple, pihak Uang Kaget akan memberi uang senilai Rp 10 juta dan si penerima berhak membelanjakannya untuk apapun dalam waktu 30 menit. Bila sampai batas waktu uang 10 juta itu belum habis, maka sisanya akan diambil kembali oleh produser. Sementara barang yang sudah didapat menjadi hak si penerima uang.

Yang bagus dari acara ini orang yang dipilih oleh pihak "Uang Kaget" adalah mereka yang memang sangat membutuhkan.Menarik melihat ekspresi para peserta nya ketika mendapat rejeki nomplok sebesar itu. Tapi saya khususnya paling tertarik dengan peserta hari ini. Namanya Pak Musa, seorang pemilik warung kecil. Akhir- akhir ini dagangannya kurang laku,bahkan untk makan sekali sehari pun susah, tapi toh dia tetap optimis. Bisa dibayangkan girangnya Pak Musa ketika dia mendapat uang kaget.

Setelah berhamdalah dan sujud syukur, dengan uang tersebut dibelinya tv, beras 2 karung, gelang emas untuk istrinya, 5 permadani dan barang-barang lainnya. Yang menarik perhatian saya ialah 5 permadani itu. Apa gunanya barang seperti itu untuk dia? Dan kenapa musti lima? Ternyata setelah ditanyakan, pak Musa menjawab polos :" Karpet itu buat disumbangkan ke masjid kampung, abis selama ini gak punya karpet. Kan klo dapat rezeki musti dikeluarkan zakatnya."

Saya terpana mendengar alasannya. Baru kali ini ada peserta yang ingat untuk beramal. Subhanallah, dalam kekurangannya, dia masih bisa berzakat. Sungguh saya salut. Sementara kita yang (alhamdulilah) lebih berkecukupan sering kali malah lupa. Malu rasanya !

Saturday, October 23, 2004

Can't Cry Hard Enough







I'm gonna live my life

Like everyday's the last

Without a simple goodbye

It all goes by so fast



And now that you're gone

I can't cry hard enough

No I can't cry hard enough

For you to hear me now



Can I open my eyes

And see for the first time

I've let go of you like

A child letting go of his kite



There he goes

Up in the sky

There he goes

Beyond the clouds



For no reason why

I can't cry hard enough

No I can't cry hard enough

For you to hear me now



Can I look back in vain

And see you standing there

With all that remains

Its just an empty chair



And now that you're gone

I can't cry hard enough

No I can't cry hard enough

For you to hear me now



There he goes

Up in the sky

There he goes

Beyond the clouds

For no reason why

I can't cry hard enough

No I can't cry hard enough

For you to hear me now





Dedicate to my father

The first man in my life

The one who showed me the beauty of life and told me how to live it

The one who taught me about love and always courage me to be my self

How am i now is because of your love & lessons

Thanks for 22 years of my life

It was all happy memories and best experience

I just hope that i coulld give you the same happiness that you gave to me

Though you're not here anymore

But you would always stay in my heart







PS : buat bellefire dan william broters, maap liriknya diganti dikit

Friday, October 22, 2004

Seberapa jauh boleh ikut campur ?



"Kak Wi, tau gak dimana klinik aborsi? Ato gak dukun buat yang kayak gitu deh?" Sudah pasti saya terkejut. Tapi dengan ekspresi yang saya usahakan senetral mungkin, dan suara yang saya jaga tetap tenang, saya pun bertanya. "Emang buat siapa?"



"Gue," jawabnya pelan setelah terpekur sebentar. "Dan baru jalan 2 bulan," tambahnya tanpa diminta. "Tau gak, Kak?" desaknya lagi.



"Nggak tau," jawab saya diikuti dengan gelengan kepala untuk menegaskan. Dan bahkan klo tau pun gak bakal ngasi tau, batin saya.



"Tolong cari tau ya," pintanya dan kemudian berlalu sebelum saya menjawab. Bagus juga karena saya tak akan menyanggupinya. Saya memandangi sosok belakangnya. Seberapa jauh saya boleh ikut campur dalam hal ini?



"Kak Wi, udah dapat infonya belum?" Lima hari kemudian, dia kembali menanyakan hal yang sama. Waktu saya menjawabnya dengan gelengan kepala, dia langsung mendesah kecewa. Kasihan juga saya melihatnya.



"Kenapa musti aborsi sih? Gak ada cara lain? Erwin (bukan nama sebenarnya) udah tau belum?"



"Cara lain paan? Married? Wah enggak deh. Gua gak mau ampe ketauan nyokap, lagian gua belum siap married sekarang. Erwin juga belum siap," jawabnya pasti. Lho? Klo belum siap menikah, kenapa melakukan kegiatan seperti orang yang sudah menikah? saya kembali membatin.



"Ayolah Kak Wi, gak ada cara lain ya? Minum obat apa gitu? Kakak kan udah kuliah obgyn, pasti tau kan?" desaknya lagi. Matanya yang biasa berbinar - binar kali ini tampak redup.



Saya hanya meghembuskan napas dengan keras, pertanda saya mulai kesal. "Dek, di obgyn diajarin gimana cara menyelamatkan bayi. Aborsi hanya kalau sudah terjadi kematian janin. Lagian jangan sampe lah kita menyalah gunakan ilmu yang kita dapat."



Bibirnya yang tipis dan manis itu melekuk cemberut. "Abisnya gimana? Lagian ini kan baru 2 bulan. Belum bernapas."



Hem......sepertinya saya memang membutuhkan tambahan kesabaran. "Sebagai mahasiswa kedokteran semester 5, lu juga pasti tau klo kehidupan diakui mulai sejak pembuahan."

Dia terdiam mendengar bantahan saya. Dan saya pun kembali bersimpati. "Ayolah. Jangan aborsi. Kalo memang gak mau, setidaknya berikan kepada orang lain yang mau. Pikirkan gimana lu di masa depan ntar."



Dia menggeleng keras kepala. "Dibilang gua gak mau ortu tau! Lagian soal masa depan biar ntar aja lah gua urus ndiri."



Saya hanya diam. Dan pertanyaan yang sama kembali muncul dalam pikiran saya. Seberapa jauh boleh ikut campur? Dia toh bukan teman baik bahkan bukan teman dekat. Sampai sekarang pun saya masih tidak mengerti kenapa dia memilih menceritakan masalahnya pada saya yang hanya kenal begitu saja. Saya bukan kakak pembimbingnya apalagi mentornya. Cuma suatu kebetulan bahwa saya adalah teman kakak mentornya. Dan hubungan saya dengan kakak mentornya juga tidak bisa dibilang dekat. Jadi bisa dibayangkan betapa sebenarnya kami tidak akrab sama sekali. Dan seberapa jauh boleh ikut campur? Bahkan pada teman dekat pun saya tidak yakin boleh bebas mencampuri urusan pribadi.



"Kak Wi, gua udah ketemu tempatnya. Erwin nanya ke temannya. Mungkin besok mau kesana." Seminggu setelahnya, dia menghampiri saya dan menceritakan "berita baik" nya dengan wajah berseri. Kebingungan yang selalu ada di wajahnya akhir-akhir ini telah berganti dengan kelegaan yang sangat.



Dan saya tahu bahwa kali ini saya musti mengutarakan sesuatu. Tidak bisa berbuat banyak memang, paling hanya menyuarakan pendapat saya. Tapi mudah - mudahan itu cukup. Saya teringat, "pendapat" saya dulu telah mengakibatkan seorang teman saya meninggal, tapi kalau kali ini saya diam, maka akan ada nyawa lain yang hilang. Setelah saya mengungkapkan pendapat saya, wajahnya menjadi cemberut dan kemudian dia berlalu meninggalkan saya. Yah setidaknya saya sudah berusaha. Meski begitu ada perasaan tak enak di sudut hati. Menyadari bahwa sebenarnya tadi bukanlah usaha terbaik saya, bahkan mungkin tidak bisa digolongkan baik.



"Eh Kak wi, gua udah kesana sama Erwin. Disana dipijat. Sakit banget deh, ampe jejeritan. Trus keluar gumpalan darah gitu sih. Malah kayaknya gua ngeliat bentuk kayak gigi gitu deh. Abis itu disuruh minum cairan macam jamu peluruh kali ya. Pokoknya eneg banget, ampe pengen muntah. Tapi abis itu perut rasanya gak terlalu sakit sih walaopun ada perdarahan." Dia menceritakan semua itu dengan penuh semangat dan wajah berseri-seri. Sedih rasanya melihatnya, mungkin dia belum menyadari bahwa yang sedang digugurkannya itu anaknya sendiri, atau dia belum berpikir tentang perasaannya di masa nanti ketika dia teringat saat ini.



"Lu gak takut?" Cuma itu yang bisa saya tanyakan.



"Takut sih. Tapi gak ada jalan lain," jawabnya cuek.



"Kak Wi, kemarin udah kali ketiga gua ke sana. Liat kayak ada bentuk jari gitu sih. Kata mak pijitnya, kalo bentuk jari gitu dah keluar berarti udah bersih. Terus dikasi cairan lagi, lebih eneg dari yang kemarin-kemarin. Tapi abis itu perdarahannya jadi lebih banyak dan udah gak sakit lagi sih."



Keceriaan di wajahnya benar-benar tak ditutupi lagi. Dia tampak sangat lega dan bahagia. Saya cuma tersenyum samar. Tak mungkin kandungan 2 bulan sudah ada bentuk jari yang terlihat jelas. Paling itu hanya gumpalan daging yang kebetulan berbentuk seperti itu. Dan memikirkannya membuat saya mual dan miris sendiri. Sejujurnya saya merasakan perasaan bersalah dan tak berdaya. Sedih rasanya melihat dia mengambil jalan seperti itu dan saya tidak berdaya melakukan apa pun. Sebenarnya bodoh juga saya merasa seperti itu. Toh dia terlihat sangat puas dan bahagia. Kalau dia saja tidak pusing, kenapa saya yang musti rusuh sendiri?



"Kak Wi, makasi ya udah jadi pendengar yang baik. Pasti heran kan kenapa gua milih cerita ke lu? Karena gua yakin lu gak bakal bocor. Paling gak, nama gua pasti off the record. Dan gua juga mo makasi karena lu gak judge ato mencela gua." Kata-katanya menyadarkan saya dari pikiran saya. Seandainya saya mencelanya, apa yang terjadi ya?



Setelah itu, hubungan kami kembali seperti biasa. Tidak menjadi sangat akrab, walau memang lebih dekat dibanding dulu. Mungkin dikarenakan perasaan kami membagi rahasia yang sama

Wednesday, October 20, 2004

gosip...gosip....gosip....



2 hari yang lalu

(+) Ini serangan kedua buat bokap lu, Wi?

(-) Hah? Kapan yang pertamanya? Heran, kok gua yang anaknya malah gak tau

(+) Lho? waktu minggu lalu-nya lu balik ke jkt mang karena apa? Kata ing bokap lu operasi by pass?

(-) What??!! Kok bisa ada berita kayak gitu? Jelas-jelas gua pulang karena ada acara di rumah (+) Oooo.....gosip yang beredar sih karena bokap lu operasi by pass



kemarin

(+) Wi, emangnya kamu sekeluarga bakal pindah ke makassar?

(-) Hah? Kamu dengar berita dari mana? Aku aja baru tau

(+) Dari yus-yus. Dia sih tau dari ackni, tapi gak jelas juga itu ackni tau dari orang lain ato kesimpulan dia sendiri. Masalahnya anak - anak kan pada nanya sama aku. Aku bilang sih kamu gak pernah ngomong gitu.

(-) Karena emang gak niat

(+) Yah gosip yang beredar sih beda



Tadi pagi

(+) Wi, katanya lu bakal segera married ya? Dah tunangan ya?

(-) Hah? Berita dari mana pula? Kok gua gak tau klo gua bakal segera married?

(+) Gak tau! Gosip yang beredar sih gitu. Katanya lu balik dari makassar pake cincin tunangan. Katanya bakal segera married.

(-) Iya sih gua make cincin, tapi bukan cincin tunangan. Itu cincin almarhum bokap. Lagian gua makenya di jari tengah.

(+) Yah kayaknya sih tuh berita muncul karena liat cincin lu deh. Jadi lu gak jadi married? Padahal anak-anak dah nunggu undangan?

(-) Hah????!!!



Gosip oh gosip. Heran deh, kenapa gak konfirmasi ke gua dulu sebelum menyebarkan berita sih? Tapi klo gak gitu mah namanya bukan gosip ya?Yah lumayanlah buat lucu - lucuan.

Sunday, October 17, 2004

Dedicate to my lovely father







Waktu naik haji tahun 1994, di kota mekkah, papi pernah bermimpi diajak pergi oleh 2 pria yang berpakaian serba putih. Saat itu papi minta diberi waktu karena anak-anaknya masih kecil. Setelah ke2 pria itu berunding, mereka setuju memberi papi waktu.



Tahun lalu waktu umroh, di kota yang sama, papi mengalami mimpi yang sama. Kali ini papi minta diberi waktu karena katanya masih ada urusan yang mau diselesaikan. Pria itu setuju dan mempersilahkan papi menyelesaikan urusannya. Gak ada yang tau apa maksud papi dengan urusan itu, tapi kemungkinan besar yang dimaksud adalah renovasi rumah depan. Karena waktu tahun lalu, rumah itu memang baru mo direnovasi.



Dan sekarang, mungkin Allah SWT menganggap urusan papi sudah selesai karena papi sudah pergi sekarang (16 Oktober 2004).



Mungkin papi udah tau kali ya, karena papi ternyata dah minta maaf ke rekan-rekan kerjanya maupun keluarganya. Minta maaf nya dalam rangka memasuki bulan ramadhan sih, tapi.....papi tipe orang yang minal aidzin-an dekat-dekat waktu, dan bukannya seminggu sebelumnya. Waktu gua tanya kenapa cepat banget, papi bilang : "Lho? Kalo bisa sekarang ya sekarang lah. Kenapa musti ditunda? Daripada nanti udah gak bisa minal aidzin-an lagi."Trus papi juga udah mengubah status rumah jadi milik pribadi. Waktu mami nanya kenapa gak entar - entar aja, papi bilang :"Klo misalnya saya udah gak ada nanti, minimal kan kamu dan anak-anak punya rumah."



Saat ini, gua cuma bisa mengenangnya. Dalam kenangan gua, papi gak pernah marah. Klo kita melanggar aturannya, biasanya dia cuma menghembuskan nafas dan menegur. Tegurannya selalu tenang tapi sampai ke sasaran. Itu kemampuan khas papi. Walau begitu, papi juga pandai melucu. Joke-nya selalu bisa bikin semua ketawa. Dia juga selalu nurutin maunya anak - anaknya. Papi selalu bilang klo papi cari duit tuh buat anak dan istrinya,jadi gak ada istilah pelit segala macam. Klo ada yang kita mau, kasi tau aja. Insya Allah, papi bakal penuhi. Ah...papi selalu terlalu baik.



Papi dan anak-anaknya punya kebiasaan cipika cipiki klo ketemu, bahkan di tempat yang ramai sekalipun. Akibatnya nih kebiasaan jadi tersebar luas di kalangan orang sekitar. Klo misalnya gua main ke Tugu, trus dari kejauhan liat papi jalan, orang sekitar (mulai dari cleaning service sampai suster - dokter), bakal langsung bilang : "Tuh sana wi, cium papi-nya." Biasanya sih gua cuma cengengesan aja, tapi cipika cipiki nya tetap jalan lah.



Waktu kecil dulu, kalo anak-anak lain mengidolakan batman ato superman, gua sih mengidolakan papi. Buat gua, beliau adalah superdad. Hehehehe...gua gak anggap diri gua aneh sih soalnya rizal juga kayak gitu. Trus waktu SMP, di mata pelajaran BK, sering disuruh wawancara orang yang dikagumi, yang gua pilih pasti papi. Guru gua ampe bilang : Wi, kamu itu entah terlalu malas cari orang lain ato father complex sih? Gua sih cuma cengir doang, wong dua-duanya bener kok. Terus waktu di LIA disuruh bikin karangan tentang "Your Biggest Idol" pasti dah bisa nebak kan siapa yang gua jadiin topik??? Sayang beliu dah gak ada sekarang



Papi juga teman curhat utama. Klo gua ngerasa gak bisa (ato belum bisa) ceritain masalahnya ke teman gua, maka gua akan cerita ke papi - mami duluan karena mereka yang paling bisa dipercaya. Papi juga teman diskusiin bola, teman ngobrolin internet , komputer dan pernak perniknya, lawan debat yang seru buat bicarain politik, dan pusat informasi segala macam hal, mulai dari peristiwa sejarah macam perang dunia sampai harga sekilo telor asin saat ini. Selain itu, papi juga pembimbing dalam hal agama, orang yang ngajarin gua sholat dan sangat menekankan keutamaan sholat 5 waktu. Dia mengajarkan pentingnya integritas dan harga diri. Papi juga mengajarkan pentingnya punya impian, karena menurut Papi itulah yang membawanya sampai saat ini. Juga, karena terlalu terpengaruh sama papi, makanya gua tertarik kuliah di kedokteran.Di atas semua itu, papi adalah orang yang paling gua sayang dan penenang hati yang paling TOP.



Walau begitu, papi udah enggak ada sekarang. Dia pergi terlalu cepat dan terlalu tiba-tiba. Bayangin aja , jam 2 gua masih sms-an, eh jam 5 gua dapat kabar beliau sakit. Dan sejak itu , gak pernah bangun lagi. Tapi walau gua sangat kehilangan, gua udah bisa ikhlaskan kepergiannya. Allah lebih sayang sama dia. Insya Allah.

Didoain semoga papi diterima di sisi-Nya dan mendapat tempat terbaik ya.



PS : ada yang lucu deh. Waktu pemakaman papi, Alhamdulilah anak-anaknya tenang semua. Gak ada yang menjerit bahkan memangis juga enggak. Lah yang lucu, kok ya orang - orang pada mikir mami punya ilmu sampai anak- anaknya bisa tenang. Masya Allah, di jaman kayak gini kok masih percaya kayak gitu sih.Trus ehm...bahasa gua kacau ya! Sebodo deh! Lagi gak pengen musingin tata bahasa.





Monday, October 11, 2004

2 things before...........



Kemarin ini, deka sempat iseng nanya ke sejumlah anak cowok tentang 2 things before ML. Lumayanlah buat mengisi keboringan kuliah. Dan jawabannya variatif juga ya.



Adhet :

1. berterima kasih pada Tuhan atas anugerah indah ini

2. berterima kasih atas kesempatan yang diberikan Danu (ceritanya gua ML sama ceweknya Danu yang bohai) ====>bener-bener teman sejati dah si adit



Mamat :

1. bersih - bersih badan (malu donk klo kucel)

2. tanya nama si cewek



Tebo:

1. syukur alhamdulilah

2. berdoa semoga kondom yang gua simpan 3 tahun di dompet belom expire



Danu :

1. bunuh adit dulu pertama - tama

2. perkosa ceweknya adit



Ancil :

1. ajak ngobrol si cewek, basa basi lah

2. tawar menawar harga, kalo cocok baru deh terlaksana



Codet :

1. cuci muka, cuci tangan, cuci kaki

2. tidur (kata mama gak boleh ML klo belum merit) ===> anak baik



Dio :

1. sikat gigi (buset dah! nih anak halitosis ya?)

2. telpon mami minta ijin



Hakim :

1. berucap : Astaghfirullah

2. bilang ama cewek : Nak, haram hukumnya berbuat yang dibenci Allah ===> (ampun!!!! Hakim gitu loh!!)



Fikri :

1. minta ceweknya beliin kondom

2. minta ceweknya beliin viagra (aduh......ceweknya adit gak napsuin! ceweknya danu aja dah!)



Firman : cecece.....deka...deka.....gitu aja nanya. praktek aja yuk ma gua



Hahahaha........ternyata boring merupakan cara efektif untuk membangkitkan pikiran sadis













Color and Personality



http://noracom.net/eng/fortune/color_cheki1.php



Silakan coba link di atas.

Gua dah coba dan ini hasil gua. Lumayan bener lho!



You are Purple Wolf, who is simple, cheerful and friendly type.

You don't change your attitude according to other person, and can state your own points of view straightly.

You don't flirt or be too dependent, you are a serious person.

You tend to lack sensitivity, and although you say things straightforwardly, you don't mean any harm.

But others may misunderstand you and think you as cold hearted person.

You don't try to exaggerate your attitude and expressions.

You will not be influenced by your surroundings, and therefore are confident about your own thinking.

This may make you seem as stubborn.

Your hold your own philosophy about your life, and will steadily move on one step at a time towards your objective.

You are very responsible and precise person.

In personal relationships, you tend to be kind and soft-hearted; you can get on with people without thinking about personal interests.

You possess strict economical view and are reliable person.

When you get to your middle ages, you may experience instability for a long time.You are cool about your love life too.

You don't like bargaining, and will approach with sincere heart.

You grow love slowly, but sometimes you can get in a sudden burst of passion.

After marriage, you will take care of your family well, and be a good wife.

Sunday, October 10, 2004

Penghuni Terakhir



Diliat - liat, dimana - mana nih reality show lagi banyak diomongin ya. Rasanya ini deh reality show di indo yang paling mencuri perhatian setelah Indonesian Idol. Munculnya emang tepat sih. Coba kalo muncul pas II lagi seru-seru nya, pas deket-deket final, pasti langsung tenggelam.

Pasti dah pada tau juga ya tentang reality show ini? Jadi gua gak perlu berpanjang lebar ngejelasin.



Gua sih lumayan suka, walo gua liat banyak banget sih dramanya. Wajar sih, bayangin aja lu dikumpulin serumah, gak ada tv, radio, orangnya itu - itu aja. Yang namanya berantem gak terelakkan lah.



Di antara semua penghuni, yang paling gua sebelin si Yohan deh. Bukan karena dia atheis ato apa (buat gua mah gak penting banget agama nya apa), tapi karena gaya sok-nya itu lho. Apalagi waktu dia jadi pemegang kunci, yang membuat dia punya hak untuk mengekstradisi, duh lama banget dia ngasi keputusan mo selamatin siapa. Padahal dari awal acara juga, dia udah bilang klo dia bakal selamatin mahdi (balas budi gitu deh). Tapi ya si mahdi dikerjain dulu, suruh ini lah, teriak itu lah. Gua juga klo jadi Mahdi bakal emosi berat.



Yang paling gua suka? Juli! Lucu aja ngeliat gayanya yang klemar klemer. Udah gitu juga, dia nyante pisan. Ketawa mulu. Sayang minggu ini, dia kemungkinan besar keluar. Dan karena pemegang kunci adalah Ester yang notabene kawan akrab Johan, pasti ester bakal nyelamatin johan (dukungan dia paling rendah minggu ini).



Yah sayang aja klo Juli keluar. Artinya di Penghuni Terakhir, yang tersisa hanyalah kontestan yang emosional ato yang sengak. (ups kecuali pak asep)



O iya, ada kejadian norak minggu ini:

pas pak asep lagi gelisah di kamar (siang2)trus akhirnya dia masuk kamar mandi,

rada lamaan dia kluar

trus ikhsan (ato alex ya? gw agak rancu neh) masuk kamar mandi trus bilang : lho, sabun cairku kok abis

hahahahahahaha norak pisan ya?

Friday, October 8, 2004

5 alasan kenapa lebih banyak cewek jomblo



cowok baik dan ganteng biasanya gak tajir ............

cowok baik dan tajir biasanya gak ganteng ............

cowok ganteng dan tajir biasanya gak baik ............

cowok ganteng, baik, tajir biasanya udah gak bebas (dah berpasangan) ...............

cowok ganteng, baik, tajir dan masih bebas biasanya gak suka cewek (baca : gay)
................



malangnya para wanitaaa

Alhamdulilah! Hari ini rumah depan dah kelar dan udah bisa ditinggalin. So starting from tonight, keluarga gua dah kembali ke habitat asal.

Acara masuknya seru deh, banyak kue-kue nya. Hahahaha.......

Tapi yang lebih berkesan sih suara adzan yang dikumandangkan di 7 penjuru rumah! Subhanallah.

Bukan sekali itu gua dengar adzan, tapi mendengarnya langsung apalagi dengan suara yang berbeda - beda (iya lah, yang ngadzanin juga beda orang) tapi tetap berpadu (kayak bhinneka tunggal ika) rasanya beda aja .



Sunday, October 3, 2004

Cat

Nama aslinya sih Irene, tapi sedikit sekali orang yang memanggilnya dengan nama itu. Dan sesedikit itu pula, kalau mau dibilang tak ada, orang yang masih mengingat kenapa dia dipanggil dengan nama itu. Cat sendiri pun tak ingat. "Berhubungan dengan kucing pokoknya," jawabnya sambil mengedikkan bahu dengan tak acuh. Suatu jawaban yang sama sekali tidak menjelaskan apa - apa.



Awalnya saya berpikir, dia dipanggil begitu karena kecintaannya yang sangat besar pada kucing. Teman saya yang satu ini tak bisa melihat kucing terlantar. pasti langsung dipungut dan dibawanya pulang, tak peduli sebuduk apapun kucing tersebut. Tapi setelah mengenalnya makin lama, saya mulai meragukan alasan tersebut. Sifat kucing yang lincah dan gesit juga cocok diasosiasikan dengan teman saya itu.Selain ketangkasannya, sifat lain Cat yang sangat menonjol adalah kecerdasan dan ketegasannya.



Di masa SD, dia pernah melompat kelas sampai 2 kali dan sewaktu kuliah, dia lulus 1 tahun lebih awal dari rekan seangkatannya. Kecerdasan otak ditambah kemampuan sosialisasinya yang lumayan baik (tidak bisa dibilang sangat baik) juga keluwesannya membuat Cat mencapai posisi yang bagus di kantornya di usia yang baru 24 tahun.



Well, itu pendapat saya. Cat sendiri selalu berpendapat, keadaannya sekarang adalah karena kedisplinan dan kerja kerasnya (atau dengan bahasa orang normal biasa disebut wokahlic). Hal yang memang tak bisa dibantah, walau dia juga musti menambahkan sifat matematis.Buat saya, yang paling unik dari Cat adalah sifat matematisnya itu. Dia merencanakan setiap detil hidupnya sampai ke jam, menit bahkan detik kalau saja dia bisa. Dia tak pernah bisa lepas dari organizer-nya yang mencatat jadwal kegiatannya esok hari secara terperinci, mulai dari jadwal bangun pagi untuk esok harinya bahkan sampai jam makan dan dimana dia akan makan siang. Tak usah repot - repot mencoba mengajak Cat secara mendadak. Saya jamin, pasti akan ditolaknya dengan tegas. Kalau mau mengajaknya pergi jalan, kita harus membuat janji minimal 2 hari sebelumnya.



Teliti, praktis, efisien, disiplin, mandiri dan pekerja keras. Itu kata - kata yang tepat menggambarkan pribadi Cat. Sedangkan dalam penampilan fisik, Cat selalu berambut pendek. Model itu dipilihnya lebih karena alasan praktis daripada mode. Sehari - hari, ekspresi wajahnya hampir selalu berkesan serius dan seolah berpikir. Tapi kalau dia sedang tersenyum, mata cokelatnya akan berbinar cerah dan bibir tipisnya akan melekuk ramah. Saya paling suka melihat ekspresinya yang seperti itu. Satu sisi lain dari dirinya yang jarang muncul.



Seperti dia merencanakan jadwal sehari - harinya secara terperinci, sudah pasti dia juga melakukan hal yang sama pada hidupnya. Dia sudah punya rencana menikah di usia 32 tahun dan sebelumnya didahului masa pacaran minimal 4 tahun. Untuk saat ini, fokusnya adalah karirnya. Masalah cinta? Hoho.....tentu saja si realistis itu tak akan percaya pada hal - hal romantis seperti itu. Bahkan menurut Cat, untuk menyukseskan pernikahan tidak diperlukan cinta. Asalkan ada rasa sayang, pengertian dan kemauan yang kuat untuk mensukseskannya, maka hal itu sudah cukup."Kan kamu sendiri bisa lihat berapa banyak pasangan yang katanya menikah karena cinta toh akhirnya bercerai juga. Maka itu bukan cinta yang utama. Yang penting adalah kerja sama. Mempunyai mitra yang baik dan visi yang sama dan tentu saja menguntungkan," argumennya selalu.

Entah majalah apa yang pernah dibacanya atau film yang dulu disaksikannya sampai dia bisa beranggapan pernikahan sama saja dengan suatu hubungan bisnis.



Cat bertahan dengan pendapatnya itu sampai Joshua Caldwell, seorang pria Skotlandia, masuk dalam kesehariannya. Awalnya memang cuma kenalan biasa. Pertemuan mereka dikarenakan perusahaan Josh adalah klien kantor Cat yang adalah seorang akuntan. Dan bisa dibilang keduanya sangat tidak cocok dari sejak awal pertemuan tapi juga sangat serasi dalam berbagai hal.



Josh adalah penikmat hidup. Dia suka bekerja kerus , serius dengan kerjanya dan menikmati bersenang - senang dengan sama besarnya. Kebalikan dengan Cat, dia senang melakukan hal - hal spontan. Kalau tiba - tiba merasa penat dengan rutinitasnya, dia akan langsung bersantai, tanpa membuat perkerjaannya terbengkalai. Prinsipnya adalah kiamat bukanlah esok. Josh juga amat pandai bersosialisasi, fleksibel, luwes terutama terhadap lawan jenisnya serta gentleman sejati. Maka itu kemandirian Cat kadang membuatnya kewalahan. Josh berambut cokelat gelap dengan mata hijau safir yang ramah. Dia periang dan tampaknya tertawa termasuk salah 1 hal yang paling disukainya. Tapi di luar itu, mereka sama - sama penggemar musik klasik, penikmat orkestra dan pecinta lukisan. Mereka juga sama - sama menyukai masakan Italia, sedikit anti dengan masakan Perancis, serta menyukai cafezinho yang sangat kental. Sama - sama fans berat LA Lakers, Juve hater sejati dan menyukai Mets, tak peduli seberapa parah tim itu menurut pandangan umum. Di atas semua itu, Josh adalah satu - satunya yang mampu menarik Cat keluar dari jadwal - jadwalnya yang terperinci itu. Dia kebal terhadap semua protes Cat tentang kegiatan mendadak yang merusak jadwalnya dan terhadap keluh kesahnya tentang tingkah laku Josh yang seenaknya.Mereka sudah berkenalan selama lebih kurang 7 bulan sebelum menjalin hubungan yang saat ini sedang memasuki bulan ke-8.



Terus terang saja, saya salut dengan kesabaran Josh. Saya tahu pasti, Cat teman saya itu bukanlah orang yang mudah dihadapi. Perlu kesabaran lebih dari normal namun juga kita mesti tahu batas toleransi sabar klo tidak mau stress sendiri nantinya. Bisa dipastikan, hubungan mereka sangat menarik, penuh dengan segala keributan dan debat tiada akhir. Walau begitu, Josh ternyata sangat menikmatinya. Begitu menikmatinya sampai dia nekat melamar Cat padahal dia tahu pasti bagaimana pendapat Cat tentang pernikahan.



Cara melamarnya sih terhitung standar .Dalam suatu kencan mereka di sebuah restoran elegan, Josh menyanyikan sebuah lagu dan setelah itu mengeluarkan 5 kata keramat "Would you marry me". Tapi yang saya sukai adalah pilihan lagunya. Lagu Nuansa Bening yang awalnya dilantunkan oleh Keenan Nasution kemudian dinyanyikan ulang oleh Lucky, salah seorang finalis Indonesian Idol. Lagu itu begitu simpel tapi toh sangat mendekati kebenaran.



Tiada yang hebat dan mempesona

Ketika kau lewat di hadapanku

Biasa saja



Waktu perkenalan terjalin sudah

Ada yang menari, pancaran diri

Terus mengganggu



Mendengar cerita sehari-hari

Yang wajar tapi tetap mengasyikkan



Tiada kejutan pesona diri

Pertama kujabat jemari tanganmu

Biasa saja



Masa perkenalan lewatlah sudah

Ada yang menari, bayang-bayangmu

Tak mau pergi



Dirimu nuansa-nuansa ilham

Hamparan laut tiada bertepi



Kini terasa sungguh

semakin engkau jauh semakin terasa dekat

Akan kukembangkan kasih yang kau tanam

Di dalam hatiku

Menangkap nuansa-nuansa bening

Tulusnya doa bercinta



Wanita kebanyakan pasti akan merasa tersanjung dengan lamaran yang seperti ini. Wanita kebanyakan juga akan terharu melihat Josh menyanyikan lagu tersebut, mengingat lafal bahasa Indonesianya yang tidak sempurna, tapi ketika menyanyikan lagu itu dia terdengar sangat bagus (menurut pengakuan Cat). Dan saya yakin, wanita kebanyakan juga akan menerima lamaran tersebut dengan senang hati.Masalahnya...Cat bukanlah wanita kebanyakan.



Jadi bagaimana reaksi Cat?Yah sesuai perkiraan walau sedikit berlebihan. Awalnya dia hanya tertawa dan menganggap Josh lagi - lagi bercanda. Waktu tau Josh serius, dia terkejut dan kesal tapi berusaha menahannya karena mereka masih di tempat umum. Ketika mereka berdua saja, mulailah Cat meledak dengan penuh emosi. Saya tidak ada saat kejadian itu, tapi sudah bisa membayangkan omelan apa saja yang dikeluarkan Cat. Juga seberapa besar emosinya.



Dan benar saja. Cat masih emosi saat saya dan Helen bermain ke rumahnya. Dalam kamarnya itu, dia mondar mandir sambil mengomel, dan topiknya tidak jauh dari Josh dan lamarannya yang bodoh tentu saja."Aku tak tahu apa yang dipikirannya. Menikah dengannya? Yang benar saja. Itu tak ada dalam jadwalku saat ini. Kenapa sih dia melakukan hal tolol seperti itu? Padahal selama ini hubungan kami baik - baik saja. Sekarang malah ada lamaran ini lagi. Padahal dia tahu sekali klo aku tak ingin rencana masa depanku terganggu. Dan dari awal saja sebenarnya dia sudah merupakan gangguan. Masuk dalam kehidupanku dan merusak rutinitasku dengan cara seperti itu. Dia bahkan membuatku makan teratur 3 kali sehari," ucap Cat penuh emosi, masih berjalan berputar - putar dalam kamarnya.



Saya mengangkat alis mendengar kalimatnya. Pantas saja Cat terlihat lebih berisi. Dia memang selalu lupa makan kalau sudah keasyikan bekerja. "Jadi dia memberimu makan lengkap 3 kali sehari? Dimana jeleknya sih?" tanya saya keheranan.



"Gak ada memang kecuali dia mengubah kebiasaanku. Bayangkan saja, aku sedang serius bekerja ketika tiba - tiba dia masuk ke kantorku sambil membawa makan siang , dan malah lebih sering dia memaksaku makan di luar. Katanya aku perlu bertemu dengan orang sekitar. Hah! Coba bayangkan itu. Belum lagi kebiasaannya menyembunyikan PDA-ku dan berkata bahwa aku tak akan mati tanpa itu." Sekarang Cat berjalan menuju laci ketiga di meja tulisnya, tempat dia menyimpan persediaan cokelatnya dan mengambil segenggam penuh cokelat Bourbon dan langsung menelannya sekaligus. Wah...wah...saya tahu persis, saat Cat makan cokelat seperti itu, artinya dia sedang merasa tak nyaman. Menarik juga.



"Jadi.....apa yang salah?" tanya saya dengan lagak bodoh. "Dia memang benar, kau toh tak akan mati karenanya. Dan makan teratur baik untukmu Cat. Kau sudah terkena maag, jangan sampai kau terkena tukak." Hem....sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya memperdebatkan hal ini dengan Cat. Tapi selalu menyenangkan untuk melakukannya. Malah saya memperbaiki posisi saya di tempat tidur Cat yang merupakan tempat bertengger saya sejak awal saya di kamarnya.



"Masa bodoh dengan tukak. PDA ku itu lebih penting. Aku mencatat & mengatur semua jadwalku disitu. Pernah saat dia akhirnya mengembalikan PDA ku setelah disembunyikannya seharian, aku kelupaan menulis beberapa jadwal perjanjian untuk minggu depan yang kucatat hanya di atas kertas tissue."



"Cat, itu kan masih minggu depannya. Kau toh bisa menyusunnya ulang," jawab saya putus asa. Teman yang satu ini memang strict klo menyangkut jadwalnya.



"Tetap saja sudah merusak susunan jadwalku," gerutunya tak mau kalah.



"Cat, kapan kau mau belajar klo hidup bukan cuma jadwal?" Helen yang dari tadi duduk diam di sofa melihat perdebatan saya dan Cat akhirnya ambil bagian. Saya melihat ada kilasan kejenuhan di wajahnya. Pasti bukan sekali ini dia berdebat dengan Cat tentang hal ini.



"Buatku itu segalanya. Jadwal dan rencana masa depan. Menikah sekarang? Yang benar saja. Aku tidak bisa menikah denga orang yang baru kupacari selama 8 bulan. Targetku kan 4 tahun. Belum lagi musti dibuat perincian tentang tugas rumah tangga. Siapa yang akan menyapu, siapa yang akan mengepel. Siapa yang membersihkan rumah, siapa yang membersihkan taman. Belum lagi soal anak. Sudah pasti aku yang melahirkan. Tapi siapa yang akan mengganti popoknya dan siapa yang akan bangun tengah malam kalau dia menangis? Hal - hal seperti itu kan perlu direncanakan."



" Kau bisa, Cat! Dan hal - hal seperti itu akan mengalir dengan sendirinya," potong saya segera.



Cat hanya mendelik kepada saya sebelum kembali bermonolog . " Belum lagi hal - hal romantis yang dilakukannya itu. Bunga , cokelat. Oh jangan lupa sifat gentle-nya. Berkeras membukakan pintu , berkeras dia jalan di sebelah luar. Bahkan......"



"Wo...wo....sebentar," potong saya lagi. "Jadi dia mengirimu bunga secara berkala, memberimu cokelat untuk menambah persediaanmu dan kemudian juga selalu bersikap gentle padamu? Memaksa membukakan pintu mobil dan sebagainya? Ah....," desah saya pura - pura. "Jahat sekali ya dia. Benar - benar merendahkan martabat wanita. Yeah Cat, dia memang mestinya dihukum."



Cat langsung melotot menatap saya. Dia pasti bisa melihat seringai saya karena sejurus kemudia dia mendengus sebal. "Huh! Kau meledekku lagi!"

"Cat, sudahlah. Gak usah ribut lagi. Sekarang gimana Josh? Kau serius menolaknya? Apa yang salah sih? Kau toh mencintainya juga! Jangan sampai menyesal nanti," Lagi - lagi Helen bersuara, melenyapkan segala omelan Cat pada saya yang sudah siap dimuntahkannya.



Cat hanya mengedikkan bahu dan mendengus tak peduli. "Cinta! Cuma orang - orang sok romantis yang beranggapan itu perlu. Berapa kali sih musti kubilang saat ini , pernikahan tidak ada dalam rencanaku. Lagipula tidak diperlukan cinta untuk itu."



"Kalau punya kesempatan untuk mendapatkan keduanya sekaligus, kenapa tidak sekalian saja?" Helen masih berusaha membuka pikiran Cat yang rupanya punya kepala yang lebih keras daripada batu.



"Siapa sih yang bilang aku mencintainya?" balas Cat sebal.



"Serius?" Kali ini ganti saya yang merasa tergelitik."



"Tentu saja. Dia cuma teman akrab. Mana mungkin aku mencintai bodoh tolol seperti itu," jawab Cat angkuh.



"Hem......masalahnya, aku mengenalmu terlalu baik non. Kalau memang teman, kau tak akan membiarkannya merusak jadwalmu, dan kau juga tidak akan mengeluh seharian padaku kalau kalian sedang ribut," tantang Helen sambil menaikkan alisnya. Bahkan saya berani bersumpah, saya melihat seringai di bibirnya. Sayang seringai itu hilang secepat datangnya.



"Hei, dia bisa merusak jadwalku karena dia memang paling jago memaksa. Entah bagaimana caranya dia melakukan itu. Dan aku memang tak suka ribut dengan siapa pun, makanya aku selalu bad mood kalau kami lagi ribut." Jujur saja, saya salut dengan kegesitan Cat menjawab setiap tuduhan.



"Oke. Terserah. Tapi aku punya pendapat sendiri. Bicarakan hal lain saja sekarang. Jadi gak rencana ke mangdu besok?" Sebenarnya saya masih ingin melanjutkan topik ini dengan Cat, tapi melihat Helen mengalah saya pun diam saja. Kalau dia saja yang sudah bersahabat dengan Cat sejak TK sudah menyerah, maka kemungkinan saya berhasil pun sangat tipis.



Dan bagaimana pula reaksi Josh?

Kira - kira 2 hari sejak diskusi kami di rumah cat, Josh menelpon dan meminta saya dan Helen mengunjunginya di apartemennya. Dan situasi yang sama pun terulang. Bedanya kali ini berlokasi di ruang kerja Josh. Saya duduk di kursi kerjanya yang bisa berputar - putar, sementara Helen duduk di sofa. Dan Josh sibuk mondar mandir. Satu lagi kesamaan antara dia dan Cat, catat saya dalam hati.



"Benar - benar tak mengerti apa maunya cewek itu. Ngomel dan mengamuk seperti itu."



"Well....kau kenal dia kan? Harusnya kau bisa memperkirakan reaksinya," jawab Helen yang diikuti anggukan setuju dari saya.



"Tentu saja aku sudah menduga dia bakal marah sebentar. Tapi yang tidak kuduga adalah histerisnya itu. Kenapa musti sampai begitu? Demi Tuhan, orang buta juga bisa lihat kalau aku serius. Dari awal, aku sudah berusaha akrab dengan keluarga dan teman - temannya. Aku bahkan rela mengorbankan setiap hari minggu ku agar bisa bertemu keluarganya. Dan aku memang senang melakukannya. Aku ingin keluarga dan teman- temannya bisa menerimaku karena aku berencana menjadi bagian permanen dari mereka. Mana mau aku repot seperti itu untuk seorang wanita kalau bukan karena dia sangat berarti untukku? Harusnya dia tak perlu histeris seperti itu. Belum lagi segala ocehannya tentang target 4 tahun dan pembagian tugas. Apa sih yang ada di pikirannya? AKu kan mengajaknya menikah bukannya bikin perusahaan yang bernama rumah tangga." Saya seperti melihat kejadian yang sama. Josh berjalan putar - putar mengelilingi ruangan. Bedanya, dia memegang segelas soda di tangannya (dia memang berhenti minum alkohol sejak menjalin hubungan dengan Cat).



"Yah Cat memang bukan orang buta tapi terkadang dia bisa jadi jauh lebih buta. Kau kan tahu, dia hanya mempercayai apa yang bisa dilihat matanya atau didengar telinganya. Sudah lama dia mematikan yang namanya insting dan feeling. Bodoh memang," jawab Helen tenang yang masih diikuti dengan anggukan saya.



"Itu satu hal lagi." Josh mengeluarkan salah satu koleksi umpatannya sebelum melanjutkan . "Beraninya dia bilang aku tolol dan idiot. Memangnya dia kira dia siapa? Bukan cuma dia yang lulus lebih cepat dan bukan cuma dia yang..."



"Lulus dengan predikat magna cum laude," potong saya. "Kami juga tau kok kau lulus setahuan lebih awal dan masih mendapat gelar cum laude. In fact, kalo bukan karena ini, mungkin Cat tak akan tertarik padamu. Atau lebih tepatnya, mungkin kau takkan tertarik padanya." Saya nyengir dan bertukar pandang dengan Helen. Wajah Josh tampak agak merah. Saya tahu, sebenarnya dia tak suka membanggakan keberhasilannya di bidang yang itu.



"Yah....kenyataannya toh dia masih menolakku. Sebenarnya kenapa sih aku bisa tertarik padanya?" Saya geli melihat ekspresi Josh, campuran antara rasa jengkel tapi juga tak berdaya. "Dia toh tidak cantik. Badannya terlalu kurus, bibirnya lebar. Belum lagi sikapnya. Kaku sekali. Aku tak pernah membayangkan bahkan hanya sekedar berhubungan dengan gadis semacam itu. Tipeku wanita yang lincah, ceria, tahu cara menikmati hidup dan sama sekali tidak sulit. Seperti kau!" tunjuknya pada Helen.



Helen hanya menaikkan alisnya dan nyengir jahil terpampang di wajahnya. "Sayang sekali kau tidak memutuskan mengejarku saja. Saat ini aku sedang kosong. Dan aku berani sumpah, aku sama sekali tidak akan mengamuk, bahkan marah pun tidak, kalau kau melamarku."



Josh hanya mendengus jengkel. "Aku tidak perlu ejekanmu, OK?"



"Hei tenang Josh." Saya berusaha mendinginkan suasana. "Paling tidak ucapanmu toh menunjukkan bahwa kau mencintainya bukan karena fisiknya."



"Memang tidak," sergah Josh langsung.



"Jadi kau mencintainya?" desak saya lebih lanjut. Senang bahwa pancingan saya mengena. Biar bagaimana, selama ini Josh memang tidak pernah terang - terangan mengungkapkan bahwa dia mempunyai ketertarikan yang lebih pada Cat.



Josh tampak menarik dan mengembuskan napas sekali sebelum menjawab. "Memang iya! Orang bebal pun harusnya bisa merasakannya."



"Tapi Cat tidak bisa walau memang dia bebal. Jadi apa yang akan kau lakukan?" Helen bertanya dengan nada tenang. Berhasil juga dia menyembunyikan ketawanya, walau gagal menyembunyikan ekspresi puas yang tampak di wajahnya.



Josh hanya mengangkat bahunya. "Cat perlu waktu dulu. Tipe kayak dia perlu diberi waktu buat tenang. Setelah itu, aku akan berusaha sekali lagi."Saya dan Helen bertukar senyum. Ternyata walau baru berhubungan selama 8 bulan, Josh sudah sangat mengenal kebutuhan Cat.



"Dan kalau gagal?"



Josh hanya tersenyum kecut. " Aku masih bisa berusaha lagi." Kali ini , saya dan Helen malah bertukar cengiran.



"Kalau masih tetap gagal?" Kali ini ganti Helen yang bertanya.



"Aku bisa menerima kata tidak. Dan aku juga tau batas aku musti berhenti," jawab Josh pasrah.



"Jangan biarkan gengsi menghalangimu, Josh!" Saya tahu, Helen sangat bersungguh - sungguh kali ini. Saya bisa mngerti karena saya juga merasakannya. Bagaimanapun , kami tak ingin Cat melakukan sesuatu yang akan sangat disesalinya nanti.



Josh tersenyum kecut mendengar ucapan Helen. "Kalau aku bersedia menerima omelan dan makian seperti itu dan setelahnya masih mau berusaha agar dia menerima lamaranku, artinya aku sudah mati - matian menekan gengsiku. Tapi aku takkan melakukan ini kalau aku tak punya firasat perasaannya sama denganku."



"Tetap jaga firasatmu dan jangan biarkan gengsi menekannya," komentar saya.



"Hei! Berbaiklah sedikit padaku. Aku bahkan mengambil risiko diketusi lagi."



"Aku ingat, satu masa dulu, kau mengaku bahwa kau sangat menyukai suara ketus itu. Kau sempat heran kan apa yang salah denganmu," Helen menyanggah ucapan Josh, membuat pria itu nyengir bajing.



"Yah......tak bisa kubantah memang." jawabnya dengan nada pasrah.



"Hei Josh, aku penasaran. Kenapa sih kau memilih lagu itu? Kenapa bukan sesuatu yang lebih mengugah macam Glory of Love atau lagu - lagu konyol lainnya?"



Josh langsung mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan saya. "Kau saja sudah menganggapnya sebagai lagu konyol apalagi Cat. Selain itu aku tak suka mengucapkan kata - kata kacau macam I can't live without you. Takabur sekali. Dan terutama, lagu itu cocok dengan situasinya."



"O ya? Apa?" Saya dan Helen bertanya serempak. Kami saling bertukar pandang dan sama - sama menyeringai.



"Hei....apa aku harus membongkar semua hal depan kalian?" Josh menatap kami sambil melotot. Tapi menit berikutnya, setelah kami juga membalas pelototannya, dia hanya menghela nafas pasrah. "Yah. Soalnya sama kayak lagu itu. Awalnya kan aku dan dia biasa saja. Pokoknya begitulah." Dan setelahnya Josh bungkam dan tak mau berkomentar apapun soal itu.



Ketika saya dan Helen hanya tinggal berdua, saya bertanya pada Helen. "Menurutmu mereka akan berhasil, Len?" Helen mendesah pelan sebelum menjawab. "Entahlan Wi, doain aja. Masalahnya gengsi Cat gede banget. Dia sudah menolak Josh pertama kali, kemungkinannya dia melakukan untuk yang kedua sangat besar."

Yah.....saya juga menyadari kebenaran ucapan Helen."Tapi..." Helen menatap saya dan menyeringai sebelum melanjutkan. "Kalau Cat sampai begitu goblok melepaskan cowok berkualitas seperti itu, maka aku akan mengejar Josh." ucapnya pasti.Saya hanya tertawa mendengar ucapannya, tahu pasti dia tak akan melakukannya.



PS : Ini kejadian 2 bulan lalu. Yang saya tahu, baru - baru ini Helen menelpon saya dan berkata, dia sedang bersiap - siap mengejar Josh.

Saturday, October 2, 2004

> Abraham Lincoln & John F Kennedy> > - Matter of 100 years difference!

Abraham Lincoln was elected to Congress in 1846.

John F. Kennedy was elected to Congress in 1946.



> Abraham Lincoln was elected President in 1860.

> John F. Kennedy was elected President in 1960.



> Both were particularly concerned with civil rights

.> Both wives lost a child while living in the White House.

> Both Presidents were shot on a Friday.>

Both Presidents were shot in the head.



> > Now it gets really weird.

> > Lincoln's secretary was named Kennedy.

> Kennedy's Secretary was named Lincoln.

> Both were assassinated by Southerners.

> Both were succeeded by Southerners named Johnson.

> Andrew Johnson, who succeeded Lincoln, was born in 1808.

> Lyndon Johnson, who succeeded Kennedy, was born in 1908.



> John Wilkes Booth, who assassinated Lincoln, was born in 1839.

> Lee Harvey Oswald, who assassinated Kennedy, was born in 1939.



> Both assassins were known by their three names.

> Both names are composed of fifteen letters.



> > Now hang on to your seat !

> > Lincoln was shot at the theatre named "Ford."

> Kennedy was shot in a car called "Lincoln" made by "Ford."

> Booth and Oswald were assassinated before their trials.



> > And here's the "kicker":

> > A week before Lincoln was shot, he was in Monroe, Maryland.

> A week before Kennedy was shot, he was with Marilyn Monroe.

> and Lincoln was shot in a theatre and the assassin ran to a warehouse.

> Kennedy was shot from a warehouse and the assassin ran to a theatre.