Thursday, November 25, 2004

Apa yang ko liat??



Dr. Paul adalah mentor kakak saya sewaktu kakak masih jadi mahasiswa baru. Hubungan mereka akrab layaknya saudara karena dr.Paul tidak pernah mempermasalahkan kesenioran. Tiga tahun yang lalu, dr.Paul menikah dengan seorang gadis bernama Rena (juga bukan nama sebenarnya). Pernikahan ini mengejutkan sahabat juga rekan-rekan yang mengenalnya. Sebagai seorang resident bedah orthopedi yang masih muda, gagah, lulus dengan magna cum laude dan berasal dari keluarga terpandang, dr. Paul mempunyai jumlah simpatisan yang gak kalah panjang dari antrian beras waktu jaman perang dulu. Dan dari sekian banyak pilihan, dia malah memilih RENA!!!

Yah sebenarnya gak ada yang salah dengan Rena. Dia gadis yang baik, berpendidikan, dan keluarganya juga normal aja. Tapi masalahnya, Rena terkenal sekali dengan clumsy-nya. Dalam 1 tahun saja, dia bisa 15 kali ganti handphone. Bukan karena mengikuti mode, tapi karena hp-nya selalu hilang atau terlindas mobil atau tercebur ke bak mandi, kolam ikan bahkan ke kuah kari. Pernah malah, Rena menemukan handphone-nya yang hilang 2 bulan lalu dalam freezer, sudah tertutup es. Itu baru handphone, belum termasuk barang-barang pribadinya yang berceceran ke mana-mana (dia pernah pulang ke rumah dengan baju yang belepotan lumpur karena terciprat mobil, sepatu yang hilang sebelah, jam tangan yang jatuh entah di mana dan kehilangan tas kerja yang biasa dibawanya -- katanya lupa dimana dia terakhir menaruhnya).

Sifat Rena tentu saja berbanding terbalik 180 derajat dengan Alisha. Calon pediatrician jempolan putri Prof. Suganda, ahli bedah terkemuka yang juga salah satu guru besar UNHAS. Dan sudah menjadi rahasia umum kalau Alisha berharap menjadi nyonya dokter Paul. Bahkan kabarnya Prof. Suganda sudah menyiapkan posisi bagus di bagian bedah untuk dr.Paul yang dianggapnya "calon mantu"nya.Tapi dr. Paul malah menolak promosi jabatan itu dan lebih memilih Rena. Ketika ditanya alasannya, sambil tersenyum mesem bak perawan pingitan jaman Belanda, dr. Paul menjawab singkat . "Habis cinta sih!"

Dulu kami selalu berpikir, bagaimana jadinya kalau Rena menikah? Wong mengurus diri sendiri saja gak becus gimana mau mengurus keluarga? Untunglah orang tua Rena juga menyadari sifat putri mereka. Karena itu mereka menyediakan seorang pembantu.

Masalah muncul ketika si pembantu mudik untuk berlebaran. Berhubung sudah 3 tahun tidak mudik, maka si bibi mudik dari awal bulan ramadhan. Dan sejak hari si bibi mudik, dr. Paul tiap hari datang ke rumah sakit dengan kemeja kusut dan berbau lembab. Semua sempat terheran - heran, bagaimana sih cara Rena mencuci & setrika baju? Usut punya usut, ternyata caranya memang kacau. Bayangkan saja! Pakaian yang baru dikeluarkan dari mesin cuci, langsung dijemur tanpa diperas dulu. Klo begitu caranya sih, bahkan sampe matahari terbenam pun baju tak akan kering sempurna. Dan cara menyetrikanya pun tak kalah kacau. Baju itu hanya disetrika di 1 sisi! Untungnya setelah seminggu, Rena insaf kalo dia memang payah dalam urusan satu ini dan mmemutuskan untuk menggunakan jasa laundry saja. Pilihan yang bijaksana!

Sudah selesaikah? Oh belum! Karena kasihan melihat suaminya terus menerus menyantap makanan jadi dari warteg/resto, maka Rena memutuskan untuk memasak. Biar Paul merasakan makanan home made, pikirnya. Maka dengan semangat dibelinya berbagai buku resep (diam-diam supaya bisa jadi surprise) dan dipelajarinya dengan ketekunan yang mengalahkan mahasiswa yang akan sidang skripsi. Setelah ubek-ubek berbagai buku resep, dia pun memutuskan untuk membuat yang simpel saja dulu. Yaitu : nasi putih, sambel, dan ayam goreng!

Sayangnya tak ada satu pun buku resep itu yang mengajarkan cara masak nasi atau pun membuat sambal. Segera didatanginya Lia, kawannya yang juga sepupu saya, dan meminta diberi resep 3 jenis masakan itu plus meminta Lia untuk datang menilai hasil masakannya sebelum dihidangkan ke suaminya.

Sialnya, hari itu dr.Paul pulang lebih cepat dari jadwal, sehingga ketika Lia datang makanan sudah terhidang di meja lengkap dengan dr. Paul yang siap menyantap. Karena tak bisa berbuat lain, maka Lia pun ikut mencicip.

Ternyata.....nasinya masih keras (pasti kurang air), sambalnya berasa hangus, dan ayam nya tidak dibersihkan dengan sempurna sehingga masih berdarah & amis. Untuk menghargai temannya yang sudah bersusah payah, Lia memaksakan diri menelan makanan yang rasanya campur aduk itu.Dan kesabaran dr.Paul memang hampir tak terbatas. Makanan di piringnya disantap sampai habis, tak ketinggalan dengan pujian yang dialamatkan kepada si koki. "Ini enak kok. Sambalnya enak, nasinya juga bisa dimakan. Besok-besok bisa bikin lagi nih! Tapi klo kamu capek, besok kita beli jadi aja ya!"

Sewaktu cerita ini menyebar, sudah tentu jadi bahan bercandaan kami semua. Dan pertanyaan yang sama kembali diungkit. "Apa yang ko liat kah ,Paul?"

Kali ini, dr. Paul tidak hanya tertawa. "Na bilang nenekku. Apa tong ko liat dari Rena? Ka kuttu mi, balala ki, dompala baru kemomos dudu ki. Kujawab mi: itu mi yang sa suka. Hahahaha...."(translate : Nenekku juga bertanya. Apa yang kamu liat dari Rena? Sudah ceroboh, rakus, gak becus apa-apa, gak terlalu cantik pula. Dan saya jawab : justru karena itu saya suka)

0 comments:

Post a Comment