Thursday, October 13, 2005

beggars

The Beggars

Suka iba melihat seorang tua yang duduk di emperan jalan dengan penampilan kumuh seharian menadahkan tangan demi seratus rupiah? Ato seorang pincang yang berjalan tertatih - tatih di lampu merah menanggung resiko dikejar polisi, tertabrak, belum lagi kepanasan seharian hanya demi mengharap belas kasihan orang lain? Gua yakin banyak di antara kalian yang iba dan merogoh kantong. Pikirnya : "ah, apa sih artinya 100 ato bahkan 1000 buat gua? Dia pasti lebih perlu." Tapi nanti dulu! Ada cerita lain ternyata dibalik penampakan memelas yang ditampilkan oleh mereka.

Kak Nona (sepupu gua) cerita waktu dia ke Blok M, dia melihat pengemis seorang bapak tua yang tampak sangat memelas. Begitu tua, begitu kotor dan tampak begitu nelangsa. Kak Nona pun tergerak untuk mengeluarkan dompetnya. Tapi baru aja dia mengambil duitnya, tiba - tiba ada suara handphone berbunyi. Dan ternyata yang bunyi tuh handphone si bapak itu. "Tau gak wi, itu handphonenya udah ada kamera lho. Gila deh, gue aja ampe sekarang masih make hape jaman kaprut gini," cerita Kak Nona keki.Image hosted by Photobucket.com

Cerita lain datang dari Kak Ade (sepupu gua juga). Ceritanya Kak Ade pulang kemalaman dari rumah temannya. Jam 11 malam gitu bis ke bekasi kan biasanya udah langka. Rada jiper juga si kak Ade. Untung di halte yang sama ada seorang ibu tua lusuh yang sedang duduk termenung dengan kaleng permen di hadapannya yang hanya terisi beberapa ratus rupiah. Karena iba (plus girang ada yang nemenin di halte), Kak Ade pun menghampiri ibu itu , menaruh uang di kaleng permen si ibu dan membagi roti yang sedianya untuk bekal di bis nanti. Dan bersama - sama mereka pun memakan roti.Rapi makan, si ibu kemudian mengambil tas plastik yang sedari awal ngejogrok manis di sampingnya, lalu menumpahkan isinya yang ternyata penuh dengan duit ratusan, ribuan bahkan ada sepuluh ribu. Di depan Kak Ade yang cuma bisa bengong, si ibu dengan santainya menghitung pendapatannya hari itu (bahkan sempat - sempatnya meminta Kak Ade untuk bantu menghitung). Kelar menghitung, si ibu merapikan semua bawaannya, kemudian dengan cueknya berdiri dan memanggil taksi yang lewat. Sementara kak Ade ditinggalkan dengan tampang cengo plus sedikit rasa gondok di hati.Image hosted by Photobucket.com

Sebenarnya masih banyak sih contoh kejadian lain, tapi pegel juga nulisin satu - satu disini. Sebuah harian Bandung pernah menurunkan artikel tentang seorang ibu yang bisa membangun rumah mewah di kampungnya dan memiliki sebuah mobil hanya dari penghasilannya sebagai pengemis. ATo pasti pernah dengar pengemis yang biasa berjalan terpincang - pincang ato pun buta di lampu merah bisa berjalan dengan lancar bahkan berlari saat lampu berubah jadi hijau Image hosted by Photobucket.com (ini sih pengalaman pribadi nyokap)

Gua gak bermaksud untuk mengatakan semua pengemis kayak gitu lho. Pasti adalah di antara mereka yang emang benar - benar membutuhkan uluran kita. Trus ngebedain yang bener - bener membutuhkan dengan yang enggak? Eng...gak tau juga deh ya. Mungkin musti ikutin kata Lisa aja "Kalo gua sih yang penting niat ngasinya ikhlas, gak peduli gimana kondisi mereka sebenarnya."

Tapi..gua tetap merasa anggapan Lisa itu gak semestinya sih. Pasti ada suatu cara untuk menolong orang yang benar - benar membutuhkan dan memberi pelajaran pada yang menipu. Image hosted by Photobucket.com

0 comments:

Post a Comment