Friday, February 4, 2005

Luisa...

(Mungkin) Loe Emang Sakit, Sa!



Luisa (bukan nama sebenarnya) adalah temen gua waktu di SMP. Dia bukan tipe anak yang punya banyak teman. Sebagian anak beranggapan dia rada gak waras, terlalu banyak mengkhayal sementara sebagian lagi beranggapan dia big mouth (hampir gak ada bedanya sih).



Emang sih, anak sekelas gak bisa disalahin klo beranggapan kayak gitu. Daya khayalnya emang kelewatan. Dia sering bilang klo Sentul tuh milik bokapnya (how come??), ato bahwa dia punya kebun binatang bawah tanah dengan penerangan dari matahari buatan dan sirkulasi udara diatur oleh komputer, ato bahwa rumahnya tuh tipe rumah elektronik. Di rumahnya ada tombol yang bisa mengubah bentuk rumahnya yang semula kayak istana bisa jadi gubuk, ato malah berubah bentuk jad gedung pencakar langit. Malah sekali dia pernah sesumbar klo keluarganya sahabat akrab Michael Jackson dan mereka suka diundang ke rumahnya. Hehehehe.....aneh ya?



Omongan dia yang kayak gitu itu yang bikin gak ada yang tahan dengan dia, sementara gua malah salut dengan daya khayalnya yang tinggi banget itu. Sayang amat nih anak gak mempertimbangkan karir sebagai penulis cerita . Satu lagi hobi Luisa yang dianggap gak wajar untuk ukuran normal tuh dia senang banget ngumpulin bangkai hewan. Dia pernah bikin kelas heboh gara-gara bawa bangkai burung yang udah kering ke sekolah dan bangkai tikus yang udah berair. Dan kelas makin heran waktu Luisa bilang klo itu koleksinya. Hahaha...sayang juga gak ada di antara mereka yang pernah masuk ke kamarnya. Pasti bakal lebih heran lagi! Karena di situ, ada 1 rak tinggi dan gede, penuh dengan toples kaca berisi "koleksi" Luisa yang lain. Ada bangkai yang berair, ada yang udah mengering. Tapi ada juga yang masih baru, ato sedang dalam tahap berbelatung. Pokoknya macam-macam deh tergantung gimana kondisi awal tuh bangkai ditemukan.



Gua pernah nanya, ngapain dia demen amat koleksi bangkai? Dia jawab karena dia seneng aja liat proses pembusukannya. "Trus abis itu loe apain, Sa?" tanya gua lagi. "Tulang-tulangnya gua susun jadi rangka, trus gua bingkai kaca. Tuh kayak yang itu!" tunjuknya pada kerangka seekor kodok yang terbungkus dalam kotak kaca. "Itu klo vertebrata, klo yang avertebrata gimana?""Klo yang gitu kan ada air sisanya, wi! Nah air sisanya itu gua taro dalam botol kaca. Tuh rak yang itu kan isinya air sisa yang udah terurai," tunjuknya pada sebuah rak kayu berpintu kaca.



Kemudian kami pun lulus, dan sejak itu kontak antara gua dan Luisa praktis berkurang. Paling cuma beberapa telpon dan SMS "apa kabar". Tapi kebetulan, waktu liburan terakhir, gua sempat ketemu Luisa dan mampir ke rumahnya. Kamar Luisa hampir gak beda dengan yang dulu. Cuma koleksinya bertambah banyak. Soalnya ada tambahan rak kayu lagi, yang terdiri dari akuarium kaca, berisi kerangka. Dan juga ada 1 sudut kamarnya yang dipake buat naro berbagai macam kotak.



Waktu gua nanya buat apa tuh space, Luisa bilang klo itu buat hobinya yang baru yaitu bikin peternakan.

"Peternakan pan?" tanya gua heran.

"Macam - macam lah! Tuh yang kotak plastik itu isinya peternakan kutu," tunjuknya pada sebuah tupperware yang tutupnya dilubangi dan di lapisi kain kasa. "Trus yang itu, peternakan kecoa gua. Yang itu, peternakan ulat, dan yang kotak gede itu isinya peternakan cicak."

Gila! Merinding gua denger yang terakhir. Cicak gitu lho! Dari semua hewan, Cicak adalah kelemahan utama gua.



Berhubung males membahas koleksinya yang ini, jadinya gua beralih ke koleksi rangka aja. Salah 1 rangka menarik perhatian gua. "Sa, gimana caranya loe bisa dapat rangka ayam?" Gua tau persis, Luisa menambah koleksinya dengan bangkai yang ditemukannya. Adalah hal yang wajar klo nemu bangkai tikus, kucing, bahkan anjing. Tapi...ayam? Berapa persen sih kemungkinan nemu bangkai ayam?



Luisa melirik sebentar ke rangka yang gua tunjuk. "Oh yang itu. Itu bukan nemu , Wi! Gua bikin ndiri."

"Maksudnya?" tanya gua bloon.

"Iya gua bikin ndiri. Ayamnya gua bunuhin, trus tulang - tulangnya gua ambil. Bukan cuma ayam kok. Sekarang mah cara gua gitu. Tuh bebek yang di pojok kanan itu sama kerangka kucing yang gede itu juga gua bikin ndiri," jelas Luisa tenang. Setenang sewaktu dia membicarakan tentang pemanasan global saat ini. (don't ask me why she talked bout that thing!)

"Lu bener - bener bunuh sendiri?" Gua masih gak percaya.

"Iya! Apa anehnya sih?" Luisa bertanya balik dengan heran. Seolah - olah bunuh membunuh binatang adalah hal yang normal. "Nih ya Wi, gua kasi tau. Tuh ayam tinggal dicekik aja. Emang sengaja gua cekik, biar darahnya gak keluar. Jadi kan gak cepat busuk. Nyekiknya juga gak boleh. Tar ayamnya gak keburu mati. Musti cepat, kuat dan cuma sekali. Nah klo kucing beda lagi. Berhubung dia lebih gede, kepalanya digetok dulu biar pingsan. Abis itu..."



Gua udah gak nyimak penjelasan Luisa selanjutnya. Udah keburu serem dengar penjelasan awal. Lagian apa perlunya gua tau gimana teknik cekek kucing yang baik dan benar? Malah gua liatin matanya. Dari dulu, matanya emang sering keliatan hampa. Tipe mata orang yang sering melamun. Tapi waktu dia cerita tentang cekik-mencekik itu, matanya berbinar dan kadang ada kilatan sadis di sana. Jadi merinding juga. Dan otomatis, gua keingat lagi omongan anak - anak dulu. Setelah 10 tahun lebih kenal loe, gua baru mempertimbangkan dengan serius kata kata mereka. Mungkin loe emang "sakit", Sa!



0 comments:

Post a Comment