Tuesday, January 25, 2005

I Really Really Miss That Hug!!!

I Really Really Miss That Hug!!!



"Wi, tadi siang gua ke rumah loe."

"Yeah, so?"

"Loe tau kan ini pertama kalinya gua ke rumah loe setelah ehm..ayah (maksudnya bokap gua) meninggal?"

"Masih gak makna deh, Re!"

"Oke, intinya gua baru bener-bener nyadar kl ayah dah gak ada. Loe tau gak kenapa?"

"........" Biar hening yang berkata (sedap! gaya banget nih bahasa!)

"Soalnya gak ada lagi yang nyambut gua di pintu dan meluk gua. I miss that hug."



Tapi, setelah telpon ditutup, gua masih keinget omongan Retha. She said she miss that hug. Apalagi gua! Di kalangan orang dekat dan keluarga, papi mang terkenal banget dengan hugging-nya itu. Suatu pelukan yang khas, gak erat banget sampe bikin sesak napas tapi juga gak segitu longgarnya sampe berkesan basa - basi doang. Hugging yang bisa bikin orang jadi tenang dan loe tahu klo loe bisa "lean on him and trust your problem on his hand".



Saat gua sedih, gua pasti mencari papi buat perlindungan dan ketenangan, saat gua seneng, papi juga orang pertama yang gua cari buat berbagi. Pelukan itu ada di sana buat Adi waktu dia dinyatakan kanker, sebagai ucapan selamat buat Wiwid dan Rizal waktu mereka lulus ke NYU dan Harvad, sebagai encouragement buat Nata di saat tersulitnya, dan sebagai dukungan buat Kris waktu dunia menudingnya. Yang terutama, pelukan itu selalu menemani saat - saat menyenangkan gua dan (terutama) di saat - saat sulit.



Pelukan itu juga selalu ada sebagai ucapan "welcome home" yang khas dari papi untuk orang - orang yang disayangnya. Gak peduli dari manapun gua, bahkan walau cuma pulang dari sekolah pun, pelukan itu selalu siap menanti di depan pintu. Rasanya menyenangkan pulang ke rumah, karena tau klo pasti akan disambut di sana .



Dulu, waktu masih SMU, waktu dugem masih jaman, gua biasa ngasi tau papi klo gua bakal pulang malam (mkasudnya supaya papi gak nungguin). Tapi gak peduli sedini apapun gua pulang, kenyataannya papi selalu jadi orang yang bukain pintu dan memberikan welcoming hug-nya (juga kiss on the forehead), dan pertanyaan : "how's your day?" Dan biasanya akan disambung dengan pertanyaan - pertanyaan umum seperti :"Udah makan? Mo dibikinin mie? Mo dipijit?"



Lama - lama, hal itu jadi semacam kebiasaan ato trademark khusus dari rumah gua. Teman - teman gua juga udah pada terbiasa kok. Semua tau, klo kamu main ke Bekasi, ke rumah bernomor AB 7, maka pintu akan dibukakan oleh si empunya rumah dengan senyum dan pertanyaan khasnya serta pelukan-nya yang terasa akrab. Dulu malah, kita sering adu lari sampe rumah (dan gua selalu ngalah jadi yang terakhir karena males lari ), cuma buat berebut mendapatkan tradisi itu.



Tapi itu dulu!

Sekarang, tepat 100 hari gua kehilangan "that hugging". Didoain, papi tenang di sana. Semoga diterima semua amal ibadahnya dan dijauhkan dari siksa neraka. Amien.Dad, don't you know, coming home now feels so different. Though it still become my most favourite time and I still love our house a lot, but you can feel there's and emptiness and something's missing. That is you, your presence. And your place where you used to be. Love you, dad! Always!

0 comments:

Post a Comment